Rincian Kontrak Investasi yang Didapat BUMN Senilai Rp 200 Triliun

Saat ini sudah ada 21 proyek infrastruktur di berbagai sektor yang akan disepakati oleh investor dan BUMN.

oleh Merdeka.com diperbarui 09 Okt 2018, 18:44 WIB
Menteri BUMN Rini Soemarno mengunjungi stand milik perusahaan BUMN selama IMF-WB 2018, Bali, Selasa (9/10). Sekitar 150 UMKM dari 64 kab/kota diseluruh Indonesia ambil bagian di acara tersebut. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan meneken kontrak investasi dengan beberapa investor dalam rangkaian acara Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali. Berdasarkan rencana, penandatangan akan dilakukan, pada Kamis 11/ Oktober mendatang.

Saat ini sudah ada 21 proyek infrastruktur di berbagai sektor yang akan disepakati investasinya, dengan nilai keseluruhan USD 13,6 miliar atau setara Rp 200 triliun.

"Investornya ada dari Air France-KLM dari Perancis, kerja sama dengan GMF untuk pengembangan teknologi maintenance mesin pesawat," kata Deputi Direktur Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia, Agustina Dharmayanti, dalam konferensi pers, di Lokasi IMF-World Bank Annual Meeting, Bali, Selasa (9/10/2018).

Investasi berikut adalah pembangunan kawasan pariwisata tourism di Mandalika. Investasi akan dilakukan oleh Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) selaku salah satu BUMN dan pendanaannya didukung dari lembaga lain, yakni Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB).

"Ada juga Indonesia Eximbank, lalu Wika dan Menjangan Group. Ini untuk infrastruktur di Mandalika," jelas dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Pabrik Amunisi dan Smelter

Menteri BUMN Rini Soemarno dan Kepala Bekraf Triawan Munaf mengunjungi stand milik perusahaan BUMN selama IMF-WB 2018, Bali, Selasa (9/10). Sekitar 150 UMKM dari 64 kab/kota diseluruh Indonesia ambil bagian di acara tersebut. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Lalu juga ada pembangunan pabrik amunisi oleh PT Pindad di Malang, Jawa Timur, dengan investornya dari Waterbury Farrel. Kemudian proyek Antam di Halmahera Timur dengan investor dari Ocean Energy Nikel Indonesia.

Kemudian pembangunan smelter grade alumina refinery di Kalimantan Barat oleh Alumunium Corporation of China Limited, dan pengerjaan proyek Inalum bekerja sama dengan MIT Energy Initiative dan Massachusetts Institute of Technology.

"Ada Inka dengan PT Kereta Api, joint investment and technology collaboration untuk lokomotif. Kemudian di Pertamina, lalu PLN dengan investornya dari Jerman, AMW, untuk geothermal powerplant di NTT," tutur Agustina.

"Ada juga toll road di Sumatera dengan berbagai perbankan dan konsorsium. Ada juga PT SMI dengan investornya Maybank berupa kredit dan the first syariah compliance hedging. Pertama di Indonesia," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya