Manulife Incar Masyarakat Kelas Atas Indonesia

Data Global Wealth Report (2004-2022) yang dilansir tahun lalu menyebutkan, jumlah orang kaya di Indonesia pada 2017 mencapai sekitar 111 ribu orang dengan aset USD 1,8 triliun.

oleh Nurmayanti diperbarui 19 Sep 2018, 14:57 WIB
Manulife Indonesia menawarkan Manulife Prime Assurance (MPA), produk asuransi untuk masyarakat kelas atas. Dok Manulife Indonesia

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan asuransi Manulife Indonesia mengincar pasar asuransi dari masyarakat kalangan atas di Indonesia. Pertumbuhan masyarakat kelas atas di Indonesia diperkirakan meningkat lima kali lipat dalam lima tahun ke depan.

Data Global Wealth Report (2004-2022) yang dilansir tahun lalu menyebutkan, jumlah orang kaya di Indonesia pada 2017 mencapai sekitar 111 ribu orang dengan aset USD 1,8 triliun. Angka itu naik dari tahun sebelumnya yang sebanyak 105 ribu orang.

Diperkirakan, pada 2022 jumlahnya mencapai 180.000 orang. Kondisi itu juga terlihat dari data penjualan mobil sport mewah di Indonesia yang tumbuh lebih dari 20 persen per tahun. Belum lagi penjualan barang mewah yang tiap tahunnya tumbuh sekitar 80 persen.

Namun, dari masyarakat kalangan atas itu, hanya 12 persen dari kekayaan mereka yang dialokasikan untuk asuransi jiwa.  Belum lagi, banyak keluarga mapan yang sulit mewariskan kemapanan mereka ke generasi berikutnya.

Berdasarkan data Baker McKenzie (2017), lebih dari 50 persen bisnis keluarga di Asia dijalankan oleh generasi pertama, tetapi hanya 3 persen bisnis keluarga yang dijalankan generasi ketiga.

Manulife pun menawarkan Manulife Prime Assurance (MPA), produk proteksi premium untuk individu high net-worth (HNW). 

“Siapa bilang orang mapan tidak ada masalah? Kemapanan bisa susut dan bisa jadi tidak ada yang diwariskan. Orang berduit belum tentu terbebas dari masalah keuangan, apalagi kalau bicara soal transfer generasi,” ujar Presiden Direktur dan CEO PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) Jonathan Hekster, Rabu (19/9/2018).

Jonathan Hekster menjelaskan, produk yang diluncurkan itu sebagai perencanaan peninggalan keluarga melalui asuransi jiwa menyeluruh. 

“Kami telah beroperasi di Indonesia selama lebih dari 33 tahun dan kami memiliki peran membantu seluruh keluarga Indonesia, termasuk para individu High-Net Worth, untuk menggapai impian dan aspirasi finansial mereka. Itulah sebabnya kami mengembangkan solusi jangka panjang perlindungan jiwa menyeluruh,” ujar Hekster.

Ia menambahkan, salah satu tantangan bagi keluarga kelas atas adalah menyeimbangkan antara perubahan gaya hidup dan pengelolaan keuangan bagi persiapan keuangan di masa depan.

Ada indikasi bahwa keluarga Indonesia membutuhkan bantuan mencapai keseimbangan itu. Hal ini merujuk pada hasil survei Manulife Investor Sentiment Index 2016 yang menyebutkan bahwa investor Indonesia hanya mengalokasikan 12 persen dari kekayaanya untuk asuransi.

Sementara itu, Jeffrey Kie menjelaskan, angka 12 persen alokasi untuk asuransi itu menunjukkan adanya peluang besar bagi industri asuransi. Apalagi, kata dia, pertumbuhan masyarakat kelas atas tidak terbendung. Jumlahnya terus meningkat.

“Orang-orang di level ini, tidak menyadari mereka juga butuh perlindungan. Mereka perlu melindungi kemapanan mereka dan kemapanan itu bisa dinikmati sampai generasi seterusnya,” tutur Jeffrey.

Makanya, tambah dia, lewat produk proteksi MAP, Manulife ingin membantu keluarga mapan di Indonesia agar bisa mewariskan kemapanan itu untuk generasi penerus.

Dia menambahkan, orang mapan kerap lupa bahwa ada risiko kehidupan yang menimpa. Risiko itu tidak memilih orang, jenis kelamin, status kaya atau miskin.

Jeffrey menuturkan, kemapanan itu seperti lifestyle yang perlu terus dipertahankan. Ia menambahkan, dengan produk MPA memungkinkan keluarga Indonesia memiliki proteksi sekaligus perencanaan peninggalan atau warisan bagi yang terkasih.

MPA didistribusikan melalui tenaga pemasar atau agen Manulife yang tersebar di 24 kantor pemasaran di seluruh Indonesia.

Jeffrey menjelaskan, produk itu memiliki manfaat meliputi perlindungan seumur hidup dengan uang pertanggungan mulai dari Rp 5 miliar atau sekitar US$ 500.000. Kemudian manfaat perlindungan medis eksklusif dengan layanan prioritas yang disebut MiAssist, perlindungan penyakit kritis untuk nasabah dan keluarga, serta manfaat tambahan untuk penyakit spesifik gender.

 

2 dari 2 halaman

Bayar Klaim Rp 7 Triliun

Ilustrasi Asuransi (iStockphoto)

Jonathan Hekster menjelaskan, pada tahun lalu Manulife membayar klaim ke nasabah sebesar hampir Rp 7 triliun atau sekitar Rp 750 juta tiap jamnya.

Dijelaskan, Manulife Indonesia berdiri pada 1985. Manulife Indonesia merupakan bagian dari Manulife Financial Corporation, grup penyedia layanan keuangan dari Kanada yang beroperasi di Asia, Kanada, dan Amerika Serikat.

“Kami menawarkan beragam layanan keuangan termasuk asuransi jiwa, asuransi kecelakaan dan kesehatan, layanan investasi dan dana pensiun kepada konsumen individu maupun pelaku usaha di Indonesia,” kata dia.

Ditambahkan, Manulife Indonesia saat ini melayani lebih dari 2,4 juta konsumen di Indonesia dengan total dana kelolaan yang ditangani mencapai Rp 67,6 triliun.

Kinerja Manulife Indonesia terus meningkat. Tahun lalu, Manulife Indonesia mencetak laba komprehensif sebesar Rp 2,6 triliun. Pencapaian itu jauh di atas kinerja tahun 2016 di mana laba komprehensifnya Rp 664 miliar atau tumbuh 290 persen.

Hekster menjelaskan, pertumbuhan bisnis positif terus diraih karena Manulife fokus pada peningkatan pelayanan kepada nasabah dan menerapkan model bisnis berkelanjutan.

Pertumbuhan juga terjadi di premi bisnis baru yang naik 19% (yoy) menjadi Rp 4,4 triliun dari tahun 2016 sebesar Rp 3,7 triliun.Selain itu, sepanjang 2017 Manulife Indonesia meraih total premi dan deposit Rp 25 triliun atau naik 34 persen dari tahun 2016 yang sebesar Rp 18,6 triliun.

Dana kelolaan asuransi syariah juga meningkat dari tahun 2016 sebesar Rp 2,3 triliun menjadi Rp 2,88 triliun pada 2017. Selain itu, dana kelolaan MAMI sebesar Rp 65,7 triliun. “Posisi aset kami berada di tiga besar, DPLK juga top 3, begitu juga manajemen aset yang masuk tiga besar,” ujarnya.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya