Robot dan Kecerdasan Buatan Ciptakan Lebih Banyak Pekerjaan pada 2022

Banyak yang prediksi mesin akan mengambil alih peran manusia untuk melakukan lebih banyak pekerjaan pada 2025.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Sep 2018, 09:45 WIB
Robot SEER. (Foto: Geek.com)

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan dan pengaruhnya terhadap pekerjaan telah menjadi perdebatan hangat di antara para ahli.

Banyak yang prediksi mesin akan mengambil alih peran manusia dalam melakukan lebih banyak perkerjaan di tempat kerja pada 2025.

Meski demikian, Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) menyatakan dalam laporannya, pada saat yang sama, 58 juta lapangan kerja akan tercipta dalam lima tahun ke depan.

Berdasarkan laporan WEF berjudul "The Future of Jobs 2018", perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan dapat menggantikan 75 juta pekerjaan. Namun, sebanyak 133 juta peran baru juga bisa muncul seiring perusahaan menyusun ulang pembagian kerja antara manusia dan mesin.

133 juta peran ini dapat diterjemahkan menjadi 58 juta pekerjaan baru pada 2022. Demikian mengutip laman CNBC, Selasa (18/9/2018).

Di saat yang sama, akan terjadi pergeseran yang signifikan dari segi kualitas, lokasi, dan format dari peran baru tersebut. Dalam laporannya, WEF memperkirakan pekerjaan permanen penuh waktu kemungkinan akan hilang.

Hal ini karena beberapa perusahaan bisa memilih untuk menggunakan pekerja sementara, pekerja lepas, dan kontraktor spesialis. Laporan tersebut juga menyebutkan keahlian baru akan diperlukan oleh pekerja karena pembagian kerja antara mesin dan manusia terus berevolusi.

2 dari 3 halaman

Pembagian Kerja Manusia dan Mesin

Sebuah robot buatan Jiangsu Eastern Golden Jade Intelligent Robot Co memutar video rekaman tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) saat Konferensi Robot Dunia 2018 di Beijing, China, Rabu (15/8). (AP Photo/Mark Schiefelbein)

WEF memperkirakan mesin akan menangani 42 persen dari seluruh pekerjaan yang ada di tempat kerja sekarang ini pada 2022. Sebagai informasi, saat ini mesin menjalankan 29 persen pekerjaan. Manusia diperkirakan mengurus 58 persen pekerjaan yang ada pada 2022, 13 persen lebih rendah dari nilainya saat ini yakni 71 persen.

Terlepas dari data di atas, banyak eksekutif bisnis berpikir kecerdasan buatan akan menciptakan pekerjaan baru. Seorang analis dari perusahaan audit global PwC juga memprediksikan demikian. Menurut dia, kecerdasan buatan, robot, dan teknologi "otomatisasi pintar" lainnya mampu meningkatkan produktivitas dan menciptakan produk dan jasa yang lebih baik lagi.

Walaupun sebagian pekerjaan akan tergantikan atau secara fundamental berubah, pekerjaan baru akan tercipta dan memiliki efek jangka panjang yang positif terhadap ekonomi secara menyeluruh.

3 dari 3 halaman

Investasi pada Karyawan

Ilustrasi robot pembuat burger, Creator. (WANG ZHAO/AFP)

Walaupun otomatisasi dapat meningkatkan produktivitas, perusahaan juga perlu berinvestasi pada pekerja  agar bisa tetap kompetitif. Hal ini disampaikan oleh Saadia Zahidi, kepala Pusat Eknomi Baru dan Masyarakat (Centre for New Economy and Society) di Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum).

"Tanpa pendekatan proaktif, bisnis dan pekerjanya dapat kehilangan potensi ekonomi yang ditawarkan dari revolusi industri keempat," ujar Zahidi.

Laporan WEF menjelaskan perusahaan, pemerintah, dan pekerja perlu bekerja sama untuk mengatasi kekurangan keterampilan akibat adanya otomatisasi. Apabila perusahaan dapat secara efektif meningkatkan keahlian dari pekerjanya dan membagi pekerjaan antara mesin dan karyawannya akan menciptakan kesempatan untuk pertumbuhan produktivitas yang lebih tinggi. (Felicia Margaretha)

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya