Rupiah Melemah, Satgas Pangan Polri Belum Temui Gejolak Harga di Pasar

Satgas Pangan mengaku belum melihat adanya gejolak harga di pasaran akibat melemahnya nilai tukar rupiah.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 05 Sep 2018, 20:45 WIB
Menyisihkan uang Rp 10.000 per hari untuk "menabung" di reksa dana berpotensi menghasilkan jutaan rupiah.

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri turut merepons pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam beberapa hari terakhir. Satgas Pangan mengaku belum melihat adanya gejolak harga di pasaran akibat melemahnya nilai tukar rupiah.

"Belum ada, semoga tidak ada. Jangan terpancing. Iya (masih stabil)," ujar Kepala Satgas Pangan Polri Irjen Setyo Wasisto di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (5/9/2018).

Pelemahan rupiah, kata Setyo, sejatinya memiliki dua sisi dampak yang berbeda. Bagi eksportir, jelas kondisi tersebut sangat menguntungkan. Tapi tidak bagi importir.

"Artinya dengan harga dolar yang naik, impor akan menggerus devisa kita. Kita berharap kalau pangan yang tidak perlu sekali diimpor mendingan jangan diimpor. Tapi kalau di dalam negeri kurang, kan harus diimpor juga," ucapnya.

Jenderal bintang dua itu menuturkan, ada beberapa komoditas di dalam negeri yang memang belum mampu mencukupi kebutuhan pasar, salah satunya bawang putih. Karena itu, Indonesia sampai saat ini masih mengimpor bawang putih.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Awasi Impor

Namun pihaknya bersama lembaga terkait akan mengawasi impor dan pendistribusian komoditas tertentu tersebut. Hal itu dilakukan untuk mencegah adanya penimbunan yang memicu bergejolaknya harga pangan.

"Kita bersama kementerian terkait akan mengawasi berapa yang diimpor dan di mana dia disimpan. Karena tidak boleh mengadakan penimbunan kan. Yang boleh dia menyimpan 3 kali kebutuhan kalau harga normal. Kalau harga mulai bergejolak, ya harus dilepas itu, netralisir harga," Setyo menandaskan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya