Menteri BUMN Harap Pembangkit Listrik Pakai Bahan Bakar Sawit di Papua

Pemakaian energi sesuai dengan potensi di wilayah diharapkan Papua dapat lebih cepat mendapatkan listrik.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 25 Agu 2018, 10:45 WIB
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Liputan6.com, Jayapura - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno mengarahkan, PT PLN (persero) mencari sumber energi alternatif untuk melistriki wilayah Papua dengan cepat. Salah satunya memakai minyak kelapa sawit.

Rini mengatakan telah berbicara dengan Direktur Perencanaan Koorporat PLN Syofvi Felienty Roekman, ada mesin pembangkit yang menggunakan bahan bakar 100 persen minyak sawit.

‎"Tadi bicara dengan Bu Syofvi ada 100 persen mesin pakai minyak kelapa sawit," kata ‎Rini, di Jayapura, Papua, seperti ditulis Sabtu (25/8/2018).

Rini mengungkapkan, saat dirinya akan mendarat di Papua, terlihat hamparan kebun kelapa sawit. Dia pun berharap sumber daya alam tersebut bisa dimanfaatkan untuk sebagai sumber bahan bakar pembangkit listrik.

"Saya lihat tadi dari atas banyak kebun kelapa sawit semoga bisa termanfaatkan," tutur dia.

Rini menuturkan, dengan menggunakan sumber energi sesuai dengan potensi di wilayah, diharapkan Papua bisa lebih cepat terlistriki. "Sehingga bisa cepat melistriki Papua ini," ujar dia.

Sementara itu, Direktur Bisnis Regional PLN Maluku Papua‎, Ahmad Rofik mengatakan, ‎dalam meningkatkan aksebilitas dan meningkatkan penyebaran kelistrikan, PLN terus bangun infrastruktur ketenagalistrikan di daerah timur.

Saat ini rasio elektrifikasi di Papua masih rendah, yaitu 44,‎85 persen dengan jumlah pelanggan 355.558.

"Saat ini kondisi daya mampu di atas beban puncak, dengan geografis beragam maka rasio elektrifikasi masih rendah," ujar Ahmad.

 

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

2 dari 2 halaman

Pemerintah Harus Serius Tangkal Kampanye Hitam Sawit

Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Sebelumnya, komoditas kelapa sawit Indonesia tengah mendapat serangan kampanye hitam dari Eropa. Akibatnya, emas hijau asal Indonesia tersebut sulit bahkan tidak dapat diterima di beberapa negara di Eropa.

Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Togar Sitanggang menyatakan, pemerintah harus bekerja lebih keras lagi melindungi industri sawit Indonesia dari kampanye hitam.

"Kampanye hitam tanpa fakta objektif dan tendensius dibarengi dengan ancaman boikot akan terus mengikuti perjalanan industri minyak sawit Indonesia yang kini menjadi pemain wahid di pasar minyak nabati dunia," kata Togar di Tanjung Pandan, Belitung, Jumat (24/8/2018).

Pemerintah memang punya keberpihakan dengan berusaha melakukan upaya diplomasi sawit. Namun usaha tersebut dinilai masih setengah hati.

Menurut Togar, kekhawatiran terbesar terutama dari negara-negara Eropa adalah Indonesia akan menjadi negara adidaya karena mampu memproduksi energi terbarukan melalui sawit.

"Mereka (negara-negara Barat) sangat memahami, sawit merupakan industi masa depan sebagai pengganti energi fosil yang tidak ramah lingkungan dan mulai ditinggalkan," ujarnya.

"Faktanya bisa dilihat bahwa saat ini di perkebunan sawit Indonesia memenuhi peran tersebut dan punya kontribusi besar terhadap kebijakan energi global di masa depan," Sambungnya.

Dia menjelaskan, dalam kampanye hitam tersebut, isu bergulir yang dituduhkan untuk menghambat perkembangan industri sawit Indonesia antara lain menyangkut perluasan lahan yang meningkat signifikan sehingga menyebabkan deforestasi, isu kesehatan serta yang marak saat ini menyangkut isu tenaga kerja.

"Sebenarnya, tuduhan tersebut tidak benar karena perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawitdi dunia dalam beberapa tahun hanya tumbuh 13,39 persen, sementara kedelai tumbuh 85,45 persen, bunga matahari 18,05 persen." kata dia.  

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya