Perekonomian AS Naik, tapi Warga Justru Khawatir Soal Pensiun

Banyak warga Amerika Serikat kurang yakin bahwa mereka mampu membiayai kehidupan mereka di masa tua.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Mei 2018, 08:24 WIB
Instalasi seni ‘Tribute in Light’ hiasi langit Manhattan di lokasi kejadian 9/11 Kota New York, Minggu (10/9). Pembajak menabrakan dua pesawat jet penumpang ke menara World Trade Center pada jam sibuk Kota New York. (AP Photo/Mark Lennihan)

Liputan6.com, Washington DC - Ketika banyak media menyebut perekonomian Amerika Serikat saat ini kian membaik, justru beberapa laporan survei menunjukkan hal itu tidak sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat di sana. 

Warga Negeri Paman Sam justru mengaku khawatir tentang bagaimana mereka akan membiayai kehidupan ketika memasuki masa pensiun. 

Dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (11/5/2018), hampir separuh responden dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Gallup, yakni sekitar 46 persen, mengatakan "kondisi keuangan mereka tidak akan nyaman ketika pensiun."

Meski begitu, angka tersebut dianggap masih lebih baik dibandingkan ketika pertanyaan serupa, ditanyakan setelah masa Depresi Hebat (Great Depression) pada 2008.

Survei ini juga mencatat bahwa warga Amerika Serikat lebih mengkhawatirkan biaya pensiun, dibandingkan kekhawatiran memiliki uang atau tidak untuk membiayai kondisi darurat medis.

Pensiun akan terus menjadi isu yang mendesak karena semakin banyak generasi baby boomers yang meninggalkan bursa kerja.

Menurut situs statistik FiveThirtyEight, hampir 25 persen dari seluruh warga AS lahir antara tahun 1946 dan 1964, masa yang biasanya digunakan untuk mendefinisikan generasi baby boomers. Jumlahnya ada lebih dari 75 juta.

Tekanan lain adalah semakin tingginya harapan hidup. Menurut pemerintah Negeri Paman Sam, warga di sana rata-rata akan hidup 20 tahun lebih lama setelah pensiun.

Warga Amerika Serikat cenderung menabung untuk pensiun lewat beberapa metode, termasuk program pensiun yang didukung tempat kerja, tabungan, dan investasi.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

2 dari 2 halaman

Tidak Yakin Memiliki Cukup Uang

Teller menghitung mata uang dolar di penukaran uang di Jakarta, Jumat (20/4). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pagi ini melemah ke posisi di Rp 13.820. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Temuan Gallup di atas sejalan dengan hasil survei yang dilakukan Pusat Riset Pew pada 2012. Hasilnya, mereka mendapati 38 persen orang dewasa AS mengatakan mereka "tidak terlalu", atau bahkan "tidak yakin sama sekali" bahwa mereka akan punya cukup uang untuk pensiun.

"Mereka yang sudah pensiun pada umumnya lebih optimistis," kata Gallup. Dikatakan, antara 2005-2018, antara 72 sampai 79 persen pensiunan dilaporkan punya cukup uang untuk hidup dengan nyaman.

Jajak pendapat pada 2016 menyebut sebanyak 66 juta warga AS memiliki nol tabungan untuk keadaan darurat.

Gallup juga melaporkan mereka yang kurang percaya diri mengenai pensiun, menghasilkan kurang dari US$ 30.000 setahun, atau sekitar Rp 418 juta. 

Sementara itu, sebagian besar dari mereka yang menghasilkan lebih dari US$ 75.000 (sekitar Rp 1,04 triliun) per tahun, merasa positif mengenai pensiun, sementara 80 persen dari mereka yang berpenghasilan antara US$ 30.000 dan US$ 75.000 merasa percaya diri dengan tabungan pensiun. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya