BRI Imbau Nasabahnya Segera Migrasi Kartu ATM ke Teknologi Chip

Manajemen BRI menyatakan, kesadaran nasabah kurang menjadi salah satu kendala migrasi kartu ATM/Debit ke teknologi chip.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Mei 2018, 15:00 WIB
Ilustrasi Foto Mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri) (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Kepatuhan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), Achmad Solichin Lutfiyanto mengajak semua nasabah agar segera melakukan migrasi kartu ATM dan Debit dari pita magnetik (magnetic stripe) ke teknologi chip.

Dia menjelaskan, salah satu keuntungan kartu dengan teknologi chip adalah tidak mudah menjadi sasaran kejahatan skimming.

"Kartu dengan chip saat di-skimming minimal butuh waktu 10 menit, tidak akan keburu," kata Solichin, di kantornya, Jumat (4/5/2018).

Akan tetapi, hingga saat ini baru sekitar lima persen nasabah yang melakukan migrasi kartu. "Salah satu kendala migrasi kartu adalah kurangnya kesadaran nasabah," ujar dia.

Nasabah yang melakukan migrasi kartu ke teknologi chip tidak akan dikenakan biaya. Namun penggantian kartu harus dilakukan sendiri oleh nasabah di kantor cabang terdekat.

Solichin mengungkapkan, ada beberapa kendala yang dihadapi dalam proses migrasi kartu. Salah satu adalah banyak nasabah yang sudah merasa nyaman dengan kartu yang saat ini sudah mereka pakai. Oleh sebab itu, dia merasa perlu meningkatkan kesadaran nasabah melalui edukasi.

Selain itu, banyaknya jumlah nasabah BRI yang tersebar di seluruh wilayah di tanah air juga menjadi kendala dalam hal distribusi dan penyediaan kartu.

"Kita atur lebih detail lagi, akan dijadwalkan untuk para nasabah datang, kita akan hubungi secara personal untuk datang ke kantor. Ini untuk bisa tertata dengan baik."

Dia mengungkapkan, BRI saat ini terus mengembangkan teknologi terkini untuk mitigasi risiko skimming. Lantaran teknologi yang digunakan para pelaku juga selalu berkembang.

"Salah satunya kita gunakan big data juga. Kalau ada yang terdeteksi lakukan transaksi dua kali saja di daerah yang berbeda dengan waktu berdekatan itu kita langsung warning. Kita akan block."

Selain itu, perkembangan teknologi dilakukan untuk menekan fraud dari skimming agar tak memberi dampak yang besar.

"Teknologi ini terus dikembangkan, supaya nasabah dan masyarakat bisa terus merasa nyaman saat bertransaksi,” tutur dia.

 

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

BRI Siapkan Rp 160 Miliar

Pengunjung mendatangi stand BRI di acara Indonesia Banking Expo (IBEX) 2015 di JCC, Jakarta, Kamis (10/9/2015). Sejumlah bank menawarkan beragam fasilitas untuk menarik pengunjung menabung di tempatnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menargetkan 15 juta kartu debit bermigrasi menggunakan chip hingga akhir tahun ini. Jumlah itu baru sekitar 30 persen dari total 50 juta kartu debit yang harus bermigrasi.

Migrasi tersebut dilakukan secara bertahap. Ini karena selain jumlah nasabah BRI yang cukup banyak, juga diperlukan biaya untuk penggantian kartu.

"Tahun ini kita ada anggaran Rp 160 miliar. Dan biaya tersebut tidak kita kenakan ke nasabah yang sebagai pemilik kartu," ungkap Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BRI Indra Utoyo di kantornya, Jumat (4/5/2018).

Dia merinci, biaya dari pergantian setiap kartu mencapai USD 30 Sen. Targetnya, migrasi kartu chip BRI ini akan rampung pada 2019. Meski mematok target 15 juta, Indra mengatakan masih terbuka kemungkinan jumlah migrasi kartu yang dilakukan tahun ini bisa melebihi 15 juta kartu.

Adapun wilayah nasabah yang menjadi fokus BRI untuk melakukan migrasi kartu debit ke chip pada tahun ini di Pulau Jawa. BRI pun sudah memetakan wilayah tempat tinggal nasabah pemilik kartu baik di daerah hingga kota besar.

"Ini dilakukan bertahap karena selain kita harus persiapkan kartunya, kita juga harus lakukan edukasi dan simulasi ke para pegawai kami di kantor cabang," jelas dia.

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya