NASA: Orang Pertama yang Menapakkan Kaki di Mars Harus Perempuan

Insinyur perempuan NASA menegaskan bahwa setidaknya yang pertama kali menginjakkan kaki di Mars adalah astronot wanita.

oleh Afra Augesti diperbarui 17 Apr 2018, 16:31 WIB
Astronot AS Karen Nyberg berharap dia bisa pergi ke Bulan, tetapi kini ia fokus ingin menginspirasi wanita untuk menjelajah angkasa luar. (NASA/AUBREY GEMIGNANI

Liputan6.com, New York - Seorang insinyur senior NASA, Allison McIntyre, mengatakan bahwa orang pertama yang menginjakkan kakinya di Mars haruslah seorang perempuan.

Allison, yang menyeleksi calon penjelajah ruang angkasa di Johnson Space Center di Houston, mencatat bahwa 12 orang yang pernah menapaki Bulan adalah laki-laki.

Dia menegaskan, perempuan harus berada di garis terdepan jika agensi mengirimkan misi manusia pertama ke Mars.

Allison McIntyre mengelola pusat pelatihan astronot di Johnson Space Center. (NASA)

Sudah lebih dari setengah abad sejak Rusia mengirim wanita pertama ke angkasa luar dan 40 tahun sejak NASA memilih astronot perempuan pertamanya. Meski demikian, belum ada seorang pun wanita yang pernah dikirim ke Bulan.

Ruang kerja Allison memiliki pemandangan luar biasa. Jendelanya menghadap langsung ke Space Vehicle Mockup Facility dari Johnson Space Center.

Bangunan besar ini dikemas dengan versi modul International Space Station (ISS) dan pesawat ruang angkasa lainnya. Di situ, para astronot dilatih sebelum terbang ke angkasa luar.

"Saya menyukainya. Mereka akan membawa saya keluar dari sini, ketika tiba waktunya untuk melakukan sesuatu yang lain," ucap Allison seperti dikutip dari BBC, Selasa (17/4/2018).

Dia telah bekerja untuk NASA selama hampir 30 tahun dan telah melihat sejumlah perubahan besar pada waktu itu.

"Direktur pusat saya adalah seorang wanita, mantan kepala divisi saya adalah seorang wanita. Kami memiliki astronot wanita, tetapi kami belum pernah mengirimkan seorang wanita ke Bulan, dan saya pikir orang pertama yang tiba di Mars haruslah seorang wanita."

Astronot NASA, Karen Nyberg, menghabiskan lebih dari enam bulan di ISS. Dia pun menyayangkan belum adanya astronot wanita yang penah sampai di Bulan, padahal kemampuan mereka sebanding dengan astronot lainnya.

Maket pelatihan Orion, yang mungkin suatu hari nanti membawa manusia ke Mars. (NASA)

"Ketika saya terpilih sebagai astronot pada tahun 2000, saya pikir saya bisa menjadi wanita yang pergi ke Bulan, tapi nyatanya tidak demikian," ungkapnya.

"Ini akan menjadi kenyataan suatu saat. Ada banyak faktor seperti politik dan dana, jadi sangat sulit untuk mewujudkannya dalam waktu singkat. Tapi saya yakin, itu akan terjadi," imbuh Karen saat ditanya mengenai kemungkinan perjalanan ke Bulan dan Mars.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kebutuhan Wanita yang Rumit

Direktur penerbangan NASA, Emily Nelson, bertanggung jawab untuk mengawasi ISS dari ruang kendali di Houston. (NASA)

Direktur penerbangan NASA, Emily Nelson, menyatakan bahwa tidak adanya wanita yang dikirim ke Bulan merupakan bentuk refleksi dari perubahan prioritas dalam industri angkasa luar.

"Kami belum melihat siapa pun (perempuan) di Bulan untuk sementara waktu. Padahal, kami telah mencurahkan banyak waktu untuk membangun basis pengetahuan tentang ruang angkasa. Semisal kami jadi diterbangkan ke Bulan, kemampuan kami untuk tinggal di sana dalam waktu yang lama sangat terbatas," ujar Emily.

"Kami perlu meluangkan waktu untuk membuat teknologi yang lebih canggih, membangun sistem pendukung kehidupan, pakaian dan sistem khusus yang akan memungkinkan seorang wanita untuk hidup di sana dalam beberapa waktu."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya