Dua Masalah pada Anak Papua yang Kerap Jadi Sorotan

selain masalah pendidikan, Wahana Visi Indonesia juga memfokuskan program mereka bagi permasalahan kesehatan bagi anak-anak di Papua.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 23 Feb 2018, 13:00 WIB
Gadis Papua dalam sebuah kesempatan di pesta budaya. (Liputan6.com / Katharina Janur)

Liputan6.com, Jakarta Selain masalah pendidikan, permasalahan kesehatan di Papua juga sering menjadi sorotan. Dua di antaranya adalah malnutrisi dan stunting (pertumbuhan anak tidak sempurna).

Hal ini diungkapkan oleh Doseba T. Sinay, CEO dan National Director Wahana Visi Indonesia.

"30 persen angka stunting. Kurang berat badan dan tidak mencapai tinggi badan tertentu, itu tinggi kasusnya," ujar Doseba ketika ditemui dalam konferensi pers kampanye #BeraniMimpi, Kamis (23/2).

Menurutnya, yang dilakukan oleh Wahana Visi Indonesia untuk mengatasi ini adalah, mendukung program pemerintah di Papua, yaitu 1.000 Hari Pertama Kehidupan.

"Dari bayi dikandung, sampai dengan dua tahun usia anak. Itu harus didampingi. Sehingga malnutrisi tidak terjadi, gizi cukup, dan pertumbuhan juga sempurna," kata Doseba.

Untuk itu, WVI mencoba untuk memberdayakan masyarakat agar mampu memiliki pola hidup yang sehat. Beberapa hal yang dilakukan antara lain dengan kebun gizi, sosialisasi bagaimana menyusui anak, serta mengenai pemberian susu formula yang tepat.

 

Simak juga video menarik berikut ini:

 

 

2 dari 3 halaman

Kekerasan pada Anak

Di Kabupaten Asmat, Papua, ada kebiasaan warga menyayat bagian tubuh agar penyakitnya sembuh. (Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI)

Yang juga menjadi perhatian bagi WVI adalah kekerasan pada anak. Doseba menjelaskan bahwa cara menerapkan disiplin pada anak bukanlah dengan kekerasan.

"Disiplin banyak cara lainnya. Kekerasan fisik, kekerasan seksual, itu bisa menimbulkan perasaan traumatik pada anak," tambah Doseba.

Menurut Doseba, untuk berkampanye memperjuangkan hak-hak anak, yang harus jadi perhatian adalah keluarga dan komunitasnya.

"Satu komunitas dengan tingkat kemiskinan tinggi, angka kematian bayi dan ibu hamil tinggi, angka calistung rendah, kasus kekerasan anak tinggi, ekonomi rendah, itu indikator kita masuk," tambah Doseba.

3 dari 3 halaman

#BeraniMimpi

Konferensi pers #BeraniMimpi Kamis (22/2/2018) dihadiri oleh (kanan ke kiri): Doseba T Sinay, Priscilla Christin, Chelsea Islan, dan M. Feriadi (Foto: Giovani Dio Prasasti)

Kampanye #BeraniMimpi sendiri diadakan oleh Wahana Visi Indonesia dalam mendukung kemajuan pendidikan bagi anak di Papua.

Salah satu programnya adalah pembangunan Honai Belajar Anak di desa Sapalek, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Honai ini difungsikan sebagai rumah belajar bagi anak-anak dan juga perpustakaan bagi mereka.

Dengan menggandeng pemain film, Chelsea Islan dalam kampanye ini, serta perusahaan jasa pengiriman, JNE, program ini telah diresmikan pada tanggal 10 Februari 2018 lalu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya