Direktur CIA: Rusia Akan Mengintervensi Pemilu Senat AS

Direktur CIA, Mike Pompeo, menyebut kemungkinan intervensi Rusia dalam Pemilu Senat AS yang segera berlangsung tahun ini.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 30 Jan 2018, 11:00 WIB
Mike Pompeo, Direktur CIA pada era Presiden Donald Trump (Associated Press)

Liputan6.com, Washington DC - Direktur CIA memperkirakan perhatian Rusia akan menyasar pada pemilu senat Amerika Serikat (AS) yang akan segera berlangsung tahun ini.

Dilansir dari laman BBC pada Selasa (30/1/2018). Direktur CIA Mike Pompeo mengatakan tidak ada penurunan yang signifikan dari upaya subversi Rusia terhadap AS dan Eropa.

Dia juga menyebut kemungkinan serangan misil nuklir Korea Utara ke AS dalam bulan-bulan sekitar penyelenggaraan pemilu terkait.

Pompeo, yang selalu memberikan arahan kepada presiden setiap pagi, membantah 'omong kosong' baru-baru ini yang menyebut Presiden Donald Trump tidak bekerja.

Ia juga dengan tegas menjelaskan visi CIA di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. "Kami adalah lembaga spionase terbaik di dunia," kata Pompeo.  

"Kami akan melakukan semua yang terbaik atas nama rakyat Amerika," lanjutnya dengan mantap.

Dijelaskan oleh Pompeo, meski kedua negara menjalin kerja sama intelijen dalam upaya kontra terorisme – CIA membantu menggagalkan sebuah rencana teror di St. Petersburg tahun lalu -- namun AS masih menganggap Rusia sebagai musuh akibat banyaknya dugaan intervensi terselubung dari negeri pimpinan Vladimir Putin itu.

"Mereka (Rusia) akan terus mencoba dan melakukan subversi. Namun, saya yakin Amerika dapat melangsungkan Pemilu yang bebas dan adil," ujar pria yang belum genap setahun menjabat sebagai Direktur CIA itu.

Pompeo mengatakan bahwa CIA telah berusaha semaksimal mungkin menangkal ancaman subversi Rusia. Menurutnya, sistem intelijen Rusia telah sangat berkembang, dan dapat menyadap informasi dengan cara-cara yang seringkali tidak disadari oleh banyak negara.

"Kita tidak bisa abai terhadap Rusia karena ketika sedikit saja lengah, mereka mampu mencuri banyak informasi dari kita," himbau Pompeo.

Ia membantah klaim pemberitaan yang menyebut Presiden Donald Trump kerap meremehkan laporan intelijen yang dihimpun oleh CIA. Menurutnya, Trump sangat penasaran dengan fakta-fakta yang diberikan oleh CIA, dan ia ingin tahu mengapa lembaga tersebut mempercayainya.

"Presiden menginginkan alasan jelas di balik setiap laporan intelijen," tukas Pompeo.

 

2 dari 2 halaman

Donald Trump Yakin Bahwa AS Adalah Negara Kuat

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berbicara kepada para wali kota di East Room, di Gedung Putih, Washington, 24 Januari 2018. (AP)

Terkait 'aib' Presiden Donald Trump yang dibeberkan di dalam buku Fire and Fury belum lama ini, Pompeo berpendapat bahwa hal tersebut tidak masuk akal. Ia menyayangkan ada seseorang yang meluangkan waktu hanya untuk menulis omong kosong seperti itu.

"Presiden membutuhkan elemen-elemen pendukung pemerintahan, seperti lembaga intelijen, untuk merumuskan kebijakannya," jelas Pompeo.

Menanggapi kebiasaan bicara Presiden Donald Trump yang 'ceplas-ceplos', Pompeo berujar bahwa sang presiden tahu betul apa yang dibicarakannya.

Ia mengambil contoh pernyataan Trump tentang kepemilikan tombol nuklir yang lebih besar di bawah meja kerjanya. Menurutnya, hal itu merupakan simbol ketegasan Trump dalam menanggapi isu program nuklir Korea Utara yang semakin tidak terkontrol.

"Presiden sangat yakin bahwa Amerika adalah negara kuat, negara yang menjunjung tinggi perdamaian," tegas Pompeo seraya menyebut bahwa AS tidak gentar menghadapi berbagai ancaman yang menyerang stabilitas negara.

Ditanya tentang kemungkinan menyingkirkan Kim Jong-un, atau mencegahnya meluncurkan rudal nuklir, Pompeo menjawab: "Banyak hal yang mungkin dilakukan, namun kamu berupaya tidak bertindak gegabah," jelasnya tanpa menyebut lebih jauh maksud pernyataannya itu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya