Percakapan 2 Anggota FBI Raib, Donald Trump Mengomel ke Samsung

Presiden Donald Trump mengeluarkan 'uneg-uneg' di Twitter yang ditujukan kepada Samsung.

oleh Afra Augesti diperbarui 25 Jan 2018, 03:20 WIB
Lencana dan pistol FBI. Baru-baru ini FBI menerbitkan lebih dari 1500 dokumen berkaitan dengan investigasi mereka terkait penembakan di Sandy Hook Elementary School pada 2012. (Sumber Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump, 'menyerang' produsen elektronik asal Korea Selatan, Samsung. Ia menuduh Samsung secara segaja telah menghilangkan pesan teks dua pejabat senior FBI.

"Kemana perginya 50.000 pesan teks penting pejabat FBI Lisa Page dan Peter Strzok? Salahkan Samsung!" kata Trump melalui cuitan di akun Twitter-nya, Kamis 24 Januari 2018 pukul 10.54 waktu setempat.

Diberitakan oleh The Hill, Kamis (24/1/2018), pesan teks antara dua karyawan FBI, Peter Strzok dan Lisa Page, tidak bisa disimpan oleh FBI karena adanya kesalahan perangkat lunak dalam ponsel Samsung 5.

Jaksa Agung Jeff Sessions mengatakan, inspektur jenderal dari Departemen Kehakiman sedang mengkaji kasus tersebut.

Pihaknya mencari tahu faktor yang membuat pesan-pesan FBI tidak dapat tersimpan dan cara untuk memulihkan perangkat lunak telepon pintar itu.

Cuitan Donald Trump muncul setelah pembawa acara Fox News, Sean Hannity, membahas permasalahan ini dalam acaranya, Selasa malam.

Hilagnya pesan teks FBI disorot sejumlah media ternama Amerika Serikat, lantaran beberapa anggota partai Republik khawatir ada bias politik di antara jajaran FBI dan Donald Trump.

 

2 dari 2 halaman

Terlibat dalam Penyidikan Khusus

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berada di kantor Oval Gedung Putih, Washington, 16 Januari 2018. (AFP PHOTO / NICHOLAS KAMM)

Strzok dan Page dilaporkan saling berkomunikasi lewat pesan teks selama pemilihan umum tahun 2016, yang diduga memuat sentimen anti-Trump.

Keduanyaterlibat dalam investigasi FBI, terkait tuduhan skandal penggunaan server surat elektronik pribadi oleh Hillary Clinton, saat dia menjabat sebagai menteri luar negeri.

Kedua karyawan itu -- secara singkat -- juga pernah ditugaskan untuk melakukan penyelidikan khusus terhadap Robert Mueller, sehubungan adanya desas-desus campur tangan Rusia dalam pemilu AS 2016.

Strzok telah lama tidak dilibatkan lagi dalam penyelidikan itu, tepatnya pada musim panas lalu, karena bertukar pesan teks dengan Page.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya