Misteri Naskah 'Gulungan Laut Mati' Terpecahkan, Apa Isinya?

Potongan-potongan naskah Gulungan Laut Mati berhasil disatukan dan mulai dibaca oleh para ahli. Apa isinya?

oleh Afra Augesti diperbarui 23 Jan 2018, 16:31 WIB
Bagian dari Gulungan Yesaya atau Isaiah Scroll, salah satu Gulungan Laut Mati atau Dead Sea Scrolls, diamankan di dalam gedung Shrine of the Book di Museum Israel di Yerusalem. (AP)

Liputan6.com, Tel Aviv - Periset dari University of Haifa, Isrel, mengklaim telah berhasil menggabungkan satu dari dua manuskrip Dead Sea Scroll atau Gulungan Laut Mati yang belum terpecahkan.

Gulungan naskah ini diduga berisi pesan isyarat dari kalender sekte Yahudi kuno.

Seorang juru bicara universitas, Ilan Yavelberg, menjelaskan, lebih dari 60 fragmen kecil perkamen (media untuk menulis yang dibuat dari kulit binatang) memuat bahasa Ibrani yang terenkripsi.

Sebelumnya gulungan-gulungan tersebut ditemukan dalam kondisi terpisah-pisah.

Tapi, Eshbal Ratson dan Jonathan Ben-Dov dari departemen Studi Alkitab (Bible Studies) University of Haifa menemukan semua potongan itu saling melengkapi satu sama lain.

Keduanya mulai memeriksa seluruh fragmen hampir setahun yang lalu, kata Yavelberg.

"Mereka menggabungkan keseluruhan potongan dan menyatakan bahwa semuanya berasal dari satu gulungan," ungkapnya kepada BBC, dilansir New York Post, Senin (22/1/2018).

Ia menambahkan, beberapa di antaranya berukuran kurang dari 0,155 inci persegi.

Dead Sea Scrolls atau Gulungan Laut Mati -- yang termasuk dalam manuskrip Alkitab Ibrani tertua -- berasal dari abad ke-3 Sebelum Masehi sampai abad pertama Masehi.

Dengan jumlah sekitar 900, gulungan kuno itu ditemukan antara tahun 1947 dan 1956 di gua Qumran di atas Laut Mati.

Bukan hanya bahasa Ibrani saja, gulungan itu juga berisi tulisan Yunani dan Aramic, termasuk beberapa teks awal yang berasal dari dari Alkitab. Misalnya, salinan kuno Sepuluh Perintah Allah (Ten Commandments).

 

2 dari 2 halaman

Kalender Sekte Qumran

Bagian dari Gulungan Yesaya atau Isaiah Scroll, salah satu Gulungan Laut Mati atau Dead Sea Scrolls, diamankan di dalam gedung Shrine of the Book di Museum Israel di Yerusalem. (University of Haifa)

Menurut University of Haifa, temuan ini membuka wawasan baru mengenai penghitungan kalender sekte Qumran -- 364 hari.

Kalender ini berbanding terbalik dengan kalender lunar yang digunakan dalam praktik keagamaan Yahudi zaman sekarang.

Kalender sekte Qumran menggunakan nama yang diberikan kepada hari-hari khusus, merujuk pada masa transisi empat musim.

Nama-nama itu bahkan terdengar asing di telinga para ilmuwan, seperti misal "Tekufah", yang berarti "periode".

Sedangkan untuk acara-acara nasional contohnya, festival New Wheat, New Wine dan New Oil, berkaitan erat dengan festival Shavuot orang-orang Yahudi.

Para periset mengungkapkan, mereka mendapat bantuan saat mengartikan kode tulisan dengan anotasi (catatan yang dibuat oleh pengarang atau orang lain untuk menjabarkan) yang ditemukan di pinggiran gulungan.

Anotasi ini dibuat oleh juru tulis yang mengoreksi kelalaian yang dibuat oleh penulis.

"Anotasi membantu saya memecahkan teka-teki gulungan. Mereka menunjukkan kepada saya cara mengumpulkan gulungan," ucap Eshbal Ratzon kepada surat kabar Haaretz Israel.

Meski telah berhasil disatukan, penulis gulungan tersebut belum diketahui identitasnya.

Meski demikian, beberapa ilmuwan meyakini sekte asketis Essenes-lah yang melakukannya.

"Sekarang fokus para peneliti tertuju ke gulungan terakhir yang belum terbaca," kata universitas.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya