MotoGP: Rossi dan Vinales Ciptakan Dualisme di Yamaha

Proyek pengembangan motor Yamaha untuk MotoGP 2018 tergantung Rossi dan Vinales.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Des 2017, 08:10 WIB
Permasalahan ban menjadi fokus pembenahan Valentino Rossi dan Maverick Vinales pada tes private di Sirkuit Misano, Italia, Minggu (20/8/2017). (Twitter/@YamahaMotoGP)

Liputan6.com, Tavullia - Dualisme yang diciptakan Valentino Rossi dan Maverick Vinales di tahun pertama pada MotoGP 2017 telah menyebabkan tim Movistar Yamaha berada dalam posisi terjepit. Ini terkait proyek pengembangan motor M1.

Ini tidak ada sangkut pautnya dengan egoisme pembalap papan atas MotoGP itu, tapi ini lebih kepada tingkat teknis. Akibatnya, perkembangan motor M1 di musim ini terlihat sangat lamban.

Seperti dikutip dari Diariodel, Jumat (15/12/2017), itu terjadi lantaran selama fase penting di tes musim dingin atau pra musim, kedua pembalap (Rossi dan Vinales) mendorong kecepatan ke arah yang berbeda. Yamaha pun harus fokus pada perbedaan itu.

Vinales misalnya. pendatang baru di tim Garpu Tala awalnya tampak antusias dengan model terbaru M1, yang juga didukung oleh hasilnya. Pada awalnya, Vinales tampil impresif dengan menggondol kemenangan.

Namun kemudian, ketika masalah muncul, itu menghancurkan semua perjalanannya di sisa MotoGP 2017. Sementara Rossi lebih membicarakan mengenai perubahan sasis yang pernah dilakukan tim Yamaha.

2 dari 2 halaman

Sasis 2017 Lebih Buruk

Foto dok. Liputan6.com

Saat itu Rossi berkata bahwa selama menjalani tes privat di Valencia, dirinya mencoba untuk menggunakan motor dengan sasis lama (2016). Artinya, baik Rossi dan Vinales sepakat bahwa motor 2017 lebih buruk.

"Sekarang kami harus menunggu dan memeriksa motor baru, akan ada sesuatu yang menarik. Kami berada dalam masa yang sulit, mulai dari sini sampai Februari (saat tes akan dimulai lagi) Yamaha harus membuat lompatan dalam kualitas dengan mengerjakan sasis dan mesin," papar Rossi.

"Titik awalnya akan menjadi motor 2016. Saya dan Maverick telah melakukan sebagian besar pekerjaan, sekarang bola panas berada di tangan mekanik Jepang," jelasnya. (David Permana)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya