Pelajaran Penting dari Fenomena Danau Tiban di Gunungkidul

Dosen UPN "Veteran" Yogyakarta menyebut fenomena danau tiban di Gunungkidul sebagai hal biasa.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 07 Des 2017, 02:03 WIB
Penjelasan ilmiah soal kemunculan danau tiban di Gunung Kidul

Liputan6.com, Yogyakarta - Danau tiban (danau yang tiba-tiba muncul) di Dusun Wediwutah, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Gunung Kidul pasca-hujan deras ternyata merupakan fenomena alam biasa. Peristiwa itu lazim terjadi di daerah karst.

"Gunung Kidul memiliki topografi karst yang identik dengan rongga-rongga, goa, dan Sungai bawah tanah," ujar Sari Bahagiarti, Guru Besar Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Negeri (UPN) "Veteran" Yogyakarta, Rabu, 6 Desember 2017.

Ia menyebutkan, saat ini terdapat lebih dari 250 goa kering maupun berair di Gunungkidul. Ketika curah hujan tinggi dan ekstrem, rongga-rongga di bawah tanah akan penuh terisi air. Saat air di permukaan surut, air yang berada di bawah permukaan atau rongga itu masih ada.

Menurut Sari, sifat sungai di bawah tanah artesis atau semi artesis, sehingga ketika banjir surut, air yang berada di dalam rongga akan keluar atau dimuntahkan kembali ke permukaan karena tekanan hidrostatistik.

Foto dok. Liputan6.com
"Pada tahun lalu di Gunung Kidul juga terjadi banjir, namun tidak seekstrim saat ini, jadi hal itu tidak terjadi," ucapnya.

Curah hujan yang ekstrem, kata Sari, mengakibatkan air di permukaan masuk dan memenuhi rongga-rongga dan batuan karst di daerah itu jenuh air. Suplai air yang banyak ke bawah permukaan tanah membuat rongga kelebihan kapasitas dan memuntahkan air ke luar.

"Lalu muncul fenomena seolah-olah terbentuk mata air baru atau danau tiban," tuturnya.

Sari berpendapat masyarakat tidak perlu khawatir karena fenomena ini justru menjadi pelajaran masyarakat tentang daerah karst. Karst di Gunungkidul merupakan salah satu rangkaian Pegunungan Sewu yang termasuk dalam Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK).

Selain Gunungkidul, KBAK meliputi, Wonogiri, Jawa Tengah dan Pacitan, Jawa Timur. Pada 2015, UNESCO menetapkan KBAK Pegunungan Sewu sebagai Global Geopark Network karena keragaman ekosistem yang ada di dalamnya dan bernilai internasional.

"Masyarakat perlu memahami fenomena karst yang memunculkan danau tiban, peduli, serta menjaga lingkungannya," ucap Sari.

 

 

2 dari 2 halaman

Surut dalam Tiga Hari

Penjelasan ilmiah soal kemunculan danau tiban di Gunung Kidul

Pekan lalu, warga Gunung Kidul sempat geger dengan kemunculan danau tiban. Air berwarna hijau kebiruan menggenangi areal hutan dan lahan seluas tiga hektare dengan kedalaman mencapai 30 meter.

"Air meluap karena hujan deras pada Selasa, 28 November dan mencapai puncaknya pada Kamis, 30 November," ujar Diarto, Kepala Dusun Wediwutah, Selasa, 5 Desember 2017.

Meskipun demikian, keberadaan danau tiban tidak berlangsung lama. Sebab, dua hari kemudian air berangsur surut. Kondisi lahan kembali seperti semua dalam kurun waktu tiga hari. Sejak Senin, 4 Desember 2017, kondisi lahan sudah kembali kering.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya