Hati-Hati, Obat Pereda Nyeri Ini Bahaya untuk Ibu Hamil

Obat pereda nyeri ada berbagai macam jenis, pastikan ibu hamil tahu mana yang paling aman.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 27 Nov 2017, 12:00 WIB
Obat pereda nyeri ada berbagai macam jenis, pastikan ibu hamil tahu mana yang paling aman.

 

Liputan6.com, Jakarta Ibu hamil harus menjauhi obat pereda nyeri jenis aspirin. Aspirin berisiko menimbulkan penyakit cerebral palsy pada bayi. Ibu yang minum aspirin selama kehamilan lebih dari dua kali lipat membuat bayi berisiko terkena cerebral palsy.

Cerebral palsy bisa menyebabkan perkembangan anak terganggu. Sebuah penelitian baru menemukan, kondisi tersebut akan mendera anak seumur hidup dan tidak dapat disembuhkan.

Cerebral palsy adalah kelainan neurologis (otak) yang berkembang pada anak usia dini. Akibat yang terjadi bila ibu hamil minum aspirin, dilansir dari Hindustan Times, Senin (27/11/2017), akan merusak sistem saraf pengucap, gerakan, dan postur tubuh.

Anak juga mengalami ketidakmampuan belajar dan penglihatan terganggu.

 

 

Simak video menarik berikut:

2 dari 2 halaman

Ganggu hormon ibu

Temuan melihat efek buruk dari beberapa jenis obat lain. Janin yang terpapar dari ibu yang minum parasetamol, 30 persen lebih mungkin terkena cerebral palsy. Ibuprofen memiliki sedikit atau tidak ada dampaknya.

Parasetamol dan aspirin bisa memicu otak mengalami kerusakan permanen dan mengganggu tingkat normal hormon ibu, yang dibutuhkan untuk mengatur perkembangan otak janin.

"Keamanan obat-obatan ini sekarang perlu dievaluasi lebih lanjut dan wanita harus lebih berhati-hati tentang penggunaannya selama kehamilan," kata peneliti dari University of Copenhagen di Denmark.

Penelitian ini dipublikasikan di International Journal of Epidemiology. Peneliti menganalisis 1.85.617 ibu dan bayinya. Sekitar 5.000 wanita minum aspirin dan ibuprofen.

Hampir 90.000 wanita mengaku minum parasetamol. Tim peneliti menemukan 357 bayi mengalami masalah terkait otak. Bayi yang lahir dari ibu yang mengonsumsi aspirin memiliki risiko lebih tinggi terkena cerebral palsy.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya