Jurus Panglima TNI Hadapi KKB di Tembagapura Papua

Kelompok kriminal bersenjata (KKB) menyandera ratusan warga di Tembagapura, Papua.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 11 Nov 2017, 09:04 WIB
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memberi keterangan kasus dugaan pembelian helikopter AW 101, Jakarta, Jumat (26/5). POM TNI menetapkan tiga tersangka yaitu Marsma TNI Fachri Adamy, Letkol (Adm) WW dan Pelda SS. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Kelompok kriminal bersenjata (KKB) menyandera ratusan warga di Tembagapura, Papua. Mereka diintimidasi agar tidak bergerak melebih area yang ditentukan. Mereka juga dimanfaatkan sebagai tameng dari aparat.

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan, pihaknya memiliki jurus tersendiri dalam menghadapi aksi KKB ini.

"Dalam pelaksanaan ini TNI mengadakan pengamatan, kemudian pengintaian, karena mereka menyandera masyarakat umum, maka penangannnya harus dengan teliti," ujar Gatot di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis 9 November 2017.

TNI bekerjasama dengan Polri telah menerjunkan sejumlah personel dalam operasi ini. Prioritas utama operasi adalah menyelamatkan masyarakat dari intimidasi KKB tersebut.

"Kami akan lakukan tindakan dengan langkah-langkah soft bersama polisi, tapi prioritas utama adalah mengamankan masyarakat. Apabila soft tidak bisa, maka kita lakukan tindakan selanjutnya," kata dia.

Jenderal bintang empat itu mempercayakan operasi tersebut kepada Pangdam Cenderawasih bersama Kapolda Papua. Keduanya telah membentuk tim gabungan bernama Satgas Operasi Terpadu Penanggulangan KKB Papua.

"Saya katakan, kami bekerja dengan teliti tapi kami bekerja dengan pasti," tandas Gatot.

2 dari 2 halaman

Jadi Tameng

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyatakan, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sengaja membatasi gerak dari warga di Tembagapura, Papua. Hal itu sebagai cara mereka berlindung dari aparat keamanan.

"Modus yang biasa mereka lakukan, biasanya para pendulang (emas) ini dijadikan tameng. Jadi yang tadi dikatakan penyanderaan itu sebetulnya para pendulang yang kemudian dijadikan tameng," tutur Tito.

Tito menjabarkan, mereka yang disebut pendulang merupakan warga yang kesehariannya mengais limbah emas PT Freeport Indonesia yang mengalir di Kali Kabur. Anggota KKB juga sebagian turut serta mendulang emas, bahkan tidak sedikit memeras warga.

"Sebetulnya tidak banyak kelompok ini, paling 20 sampai 25 orang. Senjatanya juga 5 sampai 10 pucuk paling banyak. Tapi mereka menggunakan metode hit and run," jelas dia.

Menurut Tito, permasalahan ekonomi menjadi motif utama dari tindakan teror dari KKB. Sementara alasan separatis juga turut melatarbelakangi aksi mereka.

"Memang ini permasalahan sosial dari dulu agar sebaiknya tidak ada lagi pendulangan di situ. Tapi masyarakat ini harus dialihkan, dikanalisasi apa mungkin dipekerjakan," Tito menandaskan.

Saksikan video di bawah ini:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya