Rumah Adat Solo dan Cermin Kebhinekaan di Pulau Bacan

Rumah Adat Solo di Taman Budaya Saruma, sengaja dibangun untuk menyambut kedatangan Presiden Jokowi di Pulau Bacan, Halmahera Selatan.

oleh Hairil Hiar diperbarui 23 Okt 2017, 18:00 WIB
Rumah Adat Solo termasuk 20 rumah adat berbagai etnis yang berada Taman Budaya Saruma di Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. (Liputan6.com/Hairil Hiar)

Liputan6.com, Halmahera Selatan - Taman Budaya Saruma namanya. Di sana ada 20 rumah adat dari berbagai etnis yang dibuatkan khusus di areal kebun karet berumur ratusan tahun. Letaknya tak jauh dari Labuha di Pulau Bacan, pusat ibu kota Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara.

Rumah-rumah adat tersebut sengaja dibuatkan khusus untuk Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan rombongan yang dijadwalkan tiba di Pulau Bacan, pada Rabu, 25 Oktober mendatang.

"Dua puluh rumah adat tersebut salah satunya berbentuk rumah adat Solo. Ini dibuatkan untuk ditempati bapak Presiden saat berada di Bacan," ucap Sekretaris Daerah (Sekda) Halmahera Selatan, Helmi Batituhe, ketika disambangi Liputan6.com di Ternate, Sabtu malam, 21 Oktober 2017.

Selain itu, ada rumah adat etnis Bacan, Tobelo Galela, Makian Kayoa, Gane, Gorontalo, Bugis, Buton, Sanana, Tidore, Ternate, Arab, dan China.

Helmi mengatakan pula, rumah-rumah adat di Bumi Saruma, Pulau Bacan, tersebut merupakan simbol pemersatu warga masyarakat di kabupaten setempat atau Halmahera Selatan.

"Ini merupakan ikon baru yang dibuat atas ide bapak Bupati Bahrain Kasuba," katanya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

2 dari 2 halaman

Cerminan Keberagaman

Rumah Adat Solo termasuk 20 rumah adat berbagai etnis yang berada Taman Budaya Saruma di Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. (Liputan6.com/Hairil Hiar)

Di Halmahera Selatan, walaupun banyak etnis, masyarakat tetap hidup rukun dan aman. "Makanya kita buatkan rumah adat ini," ujar dia.

Lantaran itulah, pembangunan Taman Budaya Saruma bertujuan untuk mengingatkan bahwa di Halmahera Selatan, berbeda-beda tetapi tetap satu. "Di mana kita selama ini terdapat banyak etnis, tapi tetap rukun," Helmi Batituhe menegaskan.

Helmi menambahkan bahwa di areal kebun karet pada wilayah penempatan rumah-rumah adat tersebut terdapat hewan primata endemik atau asli Bacan. Di sana disebut yakis atau monyet dalam bahasa Indonesia.

Yakis Bacan pun terkenal jinak. "Asalkan tidak diganggu. Ada ratusan ekor. Itu menjadi daya tarik tersendiri ketika pengunjung atau bapak Presiden saat berada di sana," tutur Helmi.

Areal kebun karet tersebut sengaja dikembangkan menjadi salah satu kawasan pariwisata di Halmahera Selatan. "Yang nantinya akan dibuatkan juga tempat permainan untuk anak-anak, kolam renang, dan sebagainya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya