Aplikasi Laksan Pantau Stok Pangan di Sumsel

Satgas Pangan Polda Sumsel memantau stok pangan dengan aplikasi khusus yang di-update setiap hari.

oleh Nefri Inge diperbarui 19 Okt 2017, 23:02 WIB
Sepekan terakhir, harga beras di pasar tradisional di Palembang naik antara Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per karung (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Setelah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pangan, Polda Sumatera Selatan (Sumsel) menghadirkan aplikasi untuk memantau stok pangan di Sumsel. Aplikasi tersebut dinamakan Layanan Aplikasi Satgas Pangan atau disingkat Laksan.

Nama aplikasi yang juga sama dengan makanan khas Palembang ini berbasis Android dan berguna untuk me-monitoring harga dan ketersediaan bahan pokok di Sumsel.

Kepala Satgas Dirtreskrimsus Polda Sumsel, Kombes Pol Rudi Setiawan mengatakan, aplikasi ini bisa memantau suplai beras, tingginya permintaan pangan, penimbunan dan distribusi yang tidak lancar.

"Akan segera kita tindaklanjuti dan selidiki. Kita juga memantau stok pangan pasar induk dan pasar sentral di setiap kabupaten/kota di Sumsel," ujarnya, seusai melaksanakan Rapat Koordinasi Satgassus Baru Polda Sumsel, di Aula Catur Cakti Mapolda Sumsel, Rabu, 18 Oktober 2017.

Menurut Kapolda Sumsel Irjen Pol Zulkarnain Adinegara, Sumsel merupakan wilayah surplus beras dan kawasan terbanyak kelima sebagai penghasil beras di Indonesia. Pihak kepolisian hanya membantu agar jangan sampai terjadi penyelewengan, terutama di tingkat pedagang.

Laporan tim satgas yang memonitoring ke setiap pasar di Kabupaten/Kota akan masuk ke aplikasi Laksan setiap harinya. Namun sejauh ini belum ada gejolak harga di Sumsel. Aplikasi ini juga hanya diperuntukkan bagi tim Satgas Pangan.

"Menjelang Natal dan Tahun Baru nanti, harus tetap stabil. Jangan sampai petani, pedagang dan masyarakat dirugikan. Ini salah satu indikator untuk menekan inflasi," ungkapnya.

Dalam rakor tersebut juga dihadiri oleh Kelompok Penanam Padi, Kelompok Penggiling Padi, pelaku usaha beras, Kasat Binmas Polres dan Kasat Reskrim Polres se-Sumsel, BPOM Sumsel, Bea Cukai Smmsel, Bulog Divre Sumsel dan YLKI Sumsel.

Disinggung tentang temuan dugaan oplos beras yang dilakukan Bulog Divre Sumsel, pihaknya mengatakan masih mempelajari kasusnya, apakah hasil Laboratorium Forensik (Labfor) tidak sesuai dengan standar bulog.

"Ada sebuah kebijakan di Bulog, memang ada pengoplosan, tapi ada batasan pencampuran. Karena mereka punya standar sendiri," katanya.

Harga tepung terigudi Pasar Tradisional Lemabang Palembang masih stabil (Liputan6.com / Nefri Inge)
Dengan kasus ini, pihaknya meminta kepada Bulog Divre Sumsel agar terus beroperasi seperti biasa dan tidak ada ketakutan untuk menyerap gabah dari petani Sumsel. Karena ketahanan pangan masih tergantung oleh Bulog.

Kepala Bulog Divre Sumsel, Bakhtiar mengungkapkan, memang ada proses perbaikan kualitas beras seperti blowing, mixing dan reprocessing. Pihaknya juga sudah berdiskusi dengan instansi terkait untuk kasus dugaan oplos beras dan sudah mendapatkan solusinya.

Beras tertinggi dipasok dari beberapa kabupaten atau kota seperti Banyuasin, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur dan Lubuk Linggau. "Target tertinggi di Banyuasin, hampir 14 tibu ton dan menyebar di beberapa kabupaten/kota," katanya.

Seperti di Pasar Tradisional Lemabang Palembang, harga beras mengalami kenaikan untuk seluruh merk. Harga beras Topi Koki naik dari Rp 200.000 per karung menjadi Rp 208.000 per karung. Beras Gitar dari harga Rp 160.000 per karung menjadi Rp 170.000 per karung.

Sedangkan harga bahan pangan lainnya seperti minyak, gula, garam, tepung terigu dan lainnya tidak mengalami kenaikan harga. "Sejak satu minggu lalu harga beras naik antar Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per karung. Mungkin stoknya sedikit," ucap Maryati (63), salah satu pedagang sembako.

 

Saksikan video pilihan berikut ini!

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya