Rokok Elektrik Selamatkan Banyak Nyawa?

Studi terbaru dari Georgetown University Medical Center, Amerika Serikat menunjukkan jutaan nyawa berpotensi diselamatkan jika perokok beral

oleh Septian Deny diperbarui 13 Okt 2017, 15:30 WIB
Ilustrasi Rokok Elektrik atau Vape (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Studi terbaru dari Georgetown University Medical Center, Amerika Serikat, menunjukkan jutaan nyawa berpotensi diselamatkan jika perokok beralih ke produk alternatif tembakau. Produk alternatif tembakau yang dimaksud adalah seperti produk rokok elektrik, atau yang sering disebut dengan vape dan produk tembakau yang dipanaskan, bukan dibakar.

Penulis utama studi ini David Levy mengatakan, produk-produk tersebut tetap berbahan dasar tembakau namun dikonsumsi tanpa proses pembakaran. Dia menjelaskan, dalam sebuah analisa mengenai potensi manfaat kesehatan dari berhenti merokok atau mengkonsumsi tembakau dengan dibakar, para peneliti menemukan sebanyak 6,6 juta orang di Amerika Serikat (AS) dapat terhindar dari kematian dini.

Jika seluruh perokok mau berpindah ke produk alternatif tembakau seperti vape, maka dapat menyelamatkan secara kumulatif sekitar 86,7 juta jiwa.

"Kebijakan yang lama perlu diperkuat dengan kebijakan yang mendorong agar produk alternatif tembakau menggantikan rokok yang dikonsumsi dengan dibakar yang sudah jelas lebih berbahaya," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (13/10/2017).

Selain itu, sebagaimana dipublikasikan dalam jurnal Tobacco Control, studi ini menggunakan skenario terbaik dan terburuk serta membuat model potensi dampak kesehatan masyarakat bila rokok yang dikonsumsi dengan dibakar digantikan dengan rokok elektrik, salah satu produk alternatif tembakau.

“Meskipun risiko kesehatan dari rokok elektrik masih perlu terus diteliti, namun hasil studi kami menunjukkan, meski menggunakan skenario terburuk, beralih ke rokok elektrik akan tetap lebih aman karena masih tetap akan menyelamatkan jutaan nyawa,” kata David.

Sementara itu, Dewan Penasihat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia untuk Wilayah Jawa Barat, dr. Ardini Raksanagara ‎menyatakan, Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah perokok tertinggi di dunia juga seharusnya memanfaatkan inovasi ini. Inovasi yang dihadirkan oleh produk alternatif tembakau ini bisa dijadikan sebagai solusi menyelamatkan jutaan jiwa.

‎Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, saat ini prevalensi perokok di Indonesia pada usia 15 tahun meningkat sebesar 36,3 persen dibandingkan pada tahun 1995. “Produk alternatif tembakau ini nantinya akan membantu perokok untuk secara bertahap mengurangi konsumsinya,” tutur dia.

Ardini juga menilai perlunya peran pemerintah sebagai regulator, untuk mulai mempelajari inovasi produk alternatif (seperti rokok elektrik atau vape) yang memiliki risiko kesehatan lebih rendah daripada rokok yang dikonsumsi dengan dibakar.

“Riset-riset terdahulu dari negara maju menyatakan, produk alternatif tembakau membantu menekan risiko hingga 90-95 persen. Karena itu, pemerintah harus sangat berhati-hati. Seharusnya dilakukan penelitian yang mendalam mengenai produk ini karena sangat berpotensi menurunkan risiko kesehatan jutaan masyarakat Indonesia. Namun, saya juga setuju bahwa peraturan yang ketat juga harus diterapkan, terutama untuk menghindari konsumsi masyarakt di bawah umur,” tandas dia.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya