Warga Bali Terdampak Gunung Agung Mengungsi ke Lombok

Warga Bali yang mengungsi ke Lombok mengaku rumahnya belum termasuk kawasan rawan bencana erupsi Gunung Agung.

oleh Hans Bahanan diperbarui 26 Sep 2017, 11:02 WIB
Pengungsi Gunung Agung beraktivitas di atas truk yang terparkir di Klungkung, Bali, Sabtu (23/9). Sebagian pengungsi memilih tinggal sementara dan menyimpan barang bawaan di atas truk karena merasa lebih nyaman. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Liputan6.com, Mataram - Status Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, dinaikkan dari Siaga (level 3) menjadi Awas (level 4) oleh PVMBG Badan Geologi sejak beberapa hari lalu. Akibatnya, sebagian warga Bali memilih mengungsi ke beberapa daerah terdekat, seperti ke Lombok dan Banyuwangi.

Hal itu diungkapkan salah seorang warga Bali yang mengungsi ke Lombok, Ketut Gina Riska (18) asal Desa Bebandem, Karangasem. Pelajar itu mengaku terpaksa mengungsi untuk mengantisipasi adanya musibah yang akan menimpa keluarganya jika Gunung Agung meletus.

Padahal, rumahnya berjarak 15 kilometer dari puncak Gunung Agung atau tidak termasuk kawasan steril Gunung Agung yang diimbau BNPB, yaitu 12 kilometer dari puncak. "Tetap khawatir walaupun jauh, jadi kami pilih mengungsi saja," kata Riska, Senin, 25 September 2017.

Riska mengatakan dia mengungsi ke Lombok karena tidak tahu harus belajar di mana. SMAN 1 Bebandem tempat ia bersekolah ditutup untuk sementara waktu karena masuk ke Kawasan Rawan Bencana (KRB). Ia dan keluarganya akan kembali ke Bali jika suasana mulai kondusif.

"Saya akan balik kalau kondisi Bali sudah tenang dan aman dan sekolah saya dibuka kembali," kata Riska.

Pos Pemantauan Pengungsi Erupsi Gunung Agung di Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, mendata jumlah pengungsi yang masuk melalui pelabuhan itu tercatat sebanyak lima kepala keluarga (KK) atau 25 orang sejak Senin, 25 September 2017.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik para Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, Jamaludin mengatakan jumlah pengungsi dari Bali ke Lombok sebenarnya lebih dari 25 orang. Namun, banyak pengungsi yang menolak didata dengan berbagai alasan, termasuk alasan dijemput keluarga.

"Sebenarnya kita mau mendatanya, tapi banyak yang tidak mau. Ya, kita tidak bisa memaksa ini haknya mereka. Namun, kita tetap memberikan pemahaman agar mereka terdata, sehingga ada yang mau," kata dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya