Perbaikan Peringkat Investasi Berdampak Positif pada Utang RI

Peringkat tersebut diberikan oleh tiga lembaga pemeringkatan dunia, yaitu Fitch Rating, Moody's Investors Service, dan Standard and Poor's.

oleh Septian Deny diperbarui 04 Sep 2017, 17:30 WIB
Menteri Keuangan, Sri Mulyani. (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan perbaikan peringkat Indonesia dari dalam bidang investasi akan berdampak positif pada utang Indonesia. Peringkat tersebut diberikan oleh tiga lembaga pemeringkatan dunia, yaitu Fitch Rating, Moody's Investors Service, dan Standard and Poor's.

"Indonesia telah mendapat invesment grade dari tiga rating agency. S&P yang terakhir, padahal Moodys dan Fitch sejak 2011. Itu perjuangan panjang dari pemerintah sebelumnya, sehingga kenaikan S&P menjadi komplit," ujar dia di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (4/8/2017).

Dia menjelaskan, dengan pengakuan dari tiga lembaga pemeringkatan ini, maka dana investasi akan mendorong lebih banyak investasi masuk ke Indonesia.

"Ini artinya dengan tiga ini, ada potensial dana investasi yang selama ini tidak masuk ke RI dengan status tiga rating ini mereka mampu dan sekarang masuk. Karena selama ini untuk investasi mereka ada tata kelola, mereka akan konservatif mencari surat berharga yang sudah mendapat tiga rating itu," lanjut dia.

Selain itu, dengan pengakuan dari tiga lembaga pemeringkatan tersebut, lanjut dia, Indonesia bisa mengeluarkan surat utang dengan suku bunga yang lebih rendah.

"Kalau dua, biasanya mereka ada yang tidak masuk. Tiga investement grade dengan ini, Indonesia bisa issue surat utang dengan suku bunga kecil. Dengan tiga layak investasi kita bisa menekan imbal hasil SUN (surat utang negara) kita. SUN 5 tahun turun 50 bps, SUN 10 tahun turun 0,3 persen atau 30 bps, SUN 15 tahun bahkan mendekati 70 bps, dan 20 tahun turun 43 bps. Ini artinya apa? Kalau SBN Domestik dengan peningkatan investment grade kita dapat Rp 2,47 triliun per tahun biaya lebih kecil untuk SBN rupiah," jelas dia.‎

Menurut Sri Mulyani, hal ini juga membuat biaya pinjaman utang Indonesia menjadi lebih murah. "‎Yang menggambarkan kredibilitas maupun kemampuan mengelola utang negara makin baik dari biaya hemat utang," tandas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya