Indef: Dana Desa Bisa Jadi Stimulus Pertumbuhan Ekonomi

Ekonom menilai pemerintah perlu kerja keras untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,4 persen pada 2018.

oleh Septian Deny diperbarui 18 Agu 2017, 14:59 WIB
Ekonom menilai pemerintah perlu kerja keras untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,4 persen pada 2018.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mematok asumsi pertumbuhan ekonomi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018 sebesar 5,4 persen. Namun, untuk mencapai pertumbuhan tersebut dibutuhkan kerja keras dari pemerintah.

Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Berly Martawardaya mengatakan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada tahun ini saja masih cukup sulit. Sebab, pada semester II ini, pemerintah setidaknya harus mencapai target pertumbuhan 5,4 persen.

"Untuk capai target 5,2 persen, tahun ini pun perlu ekstra kerja keras. Di semester II musti 5,4 persen untuk mencapai 5,2 persen.‎ Apalagi untuk mencapai ke 5,4 persen tahun depan, tantangannya berat," ujar dia di Jakarta, Jumat (18/8/2017).

Sementara itu, Direktur Eksekutif INDEF Enny Sri Hartati menyatakan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,4 persen pada 2018, pemerintah harus lebih intensif memberikan stimulus kepada masyarakat. Stimulus ini guna mendongkrak daya beli masyarakat pada tahun depan.

"Dana desa bisa jadi stimulus, tapi perlu ada perbaikan, juga dana transfer ke daerah yang Rp 700 triliun, dana desa Rp 60 triliun, itu dioptimalkan, bagaimana dana-dana itu tingkatkan kapasitas ekonomi di desa dan daerah. Itu dampaknya besar," ungkap dia.

Pemerintah juga harus mengefektifkan belanja sosial ke sektor yang lebih produktif. Dengan demikian, bisa berdampak langsung ke masyarakat sehingga bisa meningkatkan konsumsi.

"Efektivitas belanja pemerintah pusat, kalau misalnya belanja sosial fokus ke sektor produktif, misalnya PKH (program keluarga harapan) itu harus efektif‎. Yang paling utama dana pendidikan jangan hanya ke formal tapi ada anggaran untuk vokasi termasuk tenaga kerja yang kualitasnya rendah, training, 20 persen lebih dari cukup. Itu akan mempercepat penyediaan tenaga kerja terampil. Ini investasi di padat karya," ujar dia.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya