Indonesia Masih Minim Gunakan Gipsum

Kendati tingkat penyerapannya masih belum maksimal, nyatanya hal ini justru menjadi peluang bagi produsen untuk terus mengedukasi

oleh Fathia Azkia diperbarui 08 Agu 2017, 09:48 WIB
Pemasangan papan gipsum untuk plafon

Liputan6.com, Jakarta Meski pasar properti masih dalam kondisi recovery, namun sektor industri bahan bangunan diyakini masih terus berkembang signifikan seiring dengan banyaknya pengerjaan proyek infrastruktur di Indonesia.

Begitupun yang terjadi dengan pangsa pasar gipsum di tengah situasi properti yang belum stabil. Kendati tingkat penyerapannya masih belum maksimal, nyatanya hal ini justru menjadi peluang bagi produsen untuk terus mengedukasi dan berinovasi.

“Pemakaian gipsum di Indonesia itu baru sekitar 0,4 persen per kapita. Padahal negara tetangga seperti Singapura sudah menyerap 1,3 persen, Eropa 4 persen, bahkan di Amerika Serikat 7 persen,” urai Managing Director PT Saint-Gobain Construction Products Indonesia, Hantarman Budiono kepada Rumah.com.

Di satu sisi, Indonesia saat ini masih mengalami masalah dalam penyediaan hunian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2016 jumlah backlog perumahan masih sebesar 11,4 juta unit.

“Sebagian pihak menganggap gipsum ini barang mahal. Faktanya salah. Gipsum ini justru produk bahan bangunan yang murah sekaligus multifungsi. Tidak hanya ramah lingkungan, pengaplikasian gipsum bahkan bisa menekan biaya produksi pengembang sampai 20% serta waktu pengerjaan yang lebih cepat 30%,” sambungnya.

Sebagai buktinya, produk terbaru Habito, Glasroc H, dan XRoc dari PT Saint-Gobain Construction Products Indonesia diklaim layak digunakan baik pada rumah komersil hingga rumah subsidi sekalipun.

Lihat juga: Rumah Subsidi di Bogor Harga Rp140 Juta

Habito dikenal sebagai papan gipsum terkuat, Glasroc H yang merupakan papan gipsum dengan performa tahan air, serta Xroc sebagai papan gipsum yang mampu menahan radiasi sinar-X.

“Gipsum yang biasanya digunakan untuk plafon, kali ini dapat digunakan sebagai dinding secara optimal dengan menawarkan banyak keuntungan dan kenyamanan bagi penggunanya. Habito menawarkan kemudahan baik dalam konstruksi, kecepatan pemasangan, hasil akhir yang rapi, serta kekuatan yang sama dengan tembok bata tetapi dengan keunggulan drywall,” katanya.

“Keunggulan lainnya yakni punya performa kedap suara serta mampu beradaptasi dengan cuaca baik saat dingin maupun panas. Cocok untuk kondisi iklim di Indonesia yang tropis,” Hantarman menambahkan.

Baca juga: Kelebihan Gipsum untuk Langit-langit dan Dinding

Punya Kekuatan Setara Dinding Bata

Sementara itu José Carlos Pereira selaku Technical Sales Development Manager Saint-Gobain Construction Products South East Asia mengatakan, “Habito sebagai dinding terkuat, telah lulus uji beban sehingga mampu untuk menahan hingga 30 kg per titik.”

Dengan daya tampung sebesar itu, gipsum Habito memungkinkan pemilik rumah untuk memasang furnitur berbobot cukup berat seperti rak TV, kitchen set, meja pajangan, lukisan dan lainnya dengan mudah.

“Sementara Glasroc H merupakan inovasi Gyproc untuk dinding waterproof, sehingga cocok digunakan pada ruangan yang lembap tanpa memerlukan lapisan waterproofing. Selain itu Glasroc H juga didesain untuk menjadi tile backing yang kuat bagi keramik,” kata José.

Gyproc mengeluarkan inovasi ini sebagai kontribusi dallam mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim yang terjadi di Bumi.

Gypsum Gyproc juga dapat didaur ulang 100%, tidak mengandung bahan beracun, tidak memerlukan banyak air, dan dapat menghemat waktu konstruksi hingga 25%–30%, sehingga ramah lingkungan.

Di Indonesia sendiri, saat ini sudah cukup banyak pengembang properti yang berkontribusi menyelamatkan Bumi dengan menghadirkan proyek perumahan bernuansa hijau dan ramah lingkungan. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya