Potret Toleransi Beragama di Sebuah Desa di Karanganyar

Di sebuah desa di Karanganyar, bangunan masjid, gereja, dan pura berdiri saling berdampingan. Seperti apa keseharian warganya?

oleh SCTV diperbarui 26 Jul 2017, 08:44 WIB
Warga melintas di depan gambar tempat ibadah di Lapangan Kebagusan, Jakarta, Rabu (15/2). Jelang menggunakan hak pilihnya pada Pilkada, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri menggoreskan tinta pada salah satu gambar. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Membangun kerukunan umat beragama rupanya bisa digagas seorang kepala desa di Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah.

Seperti ditayangkan Liputan6 Pagi SCTV, Rabu (26/7/2017), dengan penuh optimisme, tiga tempat ibadah berdampingan dengan damai sebagai cermin toleransi.

Desa Ngargoyoso, di kaki Gunung Lawu, mungkin bisa menjadi potret toleransi. Sebab, di desa tersebut, tiga tempat ibadah, yakni masjid, gereja, dan pura berdiri berdampingan. Komunikasi yang baik dan sikap saling menghormati membuat seluruh warga desa hidup dalam damai walau berbeda keyakinan.

Masjid Al-Mu'min, Gereja Sidang Jemaat Allah Pancaran Berkat, dan Pura Agra Bhadra Darma dibangun dengan dana kas Desa Ngargoyoso. Meski sang Kepala Desa, almarhum Sri Hartono, penggagas berdirinya tiga tempat ibadah tersebut telah wafat, nilai toleransi yang diwariskannya membekas hingga saat ini.

Saling menjaga dan berpartisipasi dalam perayaan hari besar menjadi kunci persatuan. Potret toleransi di Desa Ngargoyoso menunjukkan, menjaga kebinekaan bisa dimulai dari diri sendiri, tentunya dengan menanamkan sikap toleran dan menghormati perbedaan.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya