MUI: Perbedaan Pelaksanaan Idul Fitri Jangan Dibesar-besarkan

MUI mengimbau agar keberagaman ini tidak mengurangi kekhusyuan dalam menunaikan ibadah.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 27 Jun 2017, 11:56 WIB
Gedung MUI, Jalan Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui sidang isbat mengumumkan Idul Fitri 1 Syawal 1438H jatuh pada 25 Juni 2017. Namun, tidak semua umat Muslim merayakan Idul Fitri berbarengan. Ada yang lebih awal, ada juga yang mundur dari tanggal itu.

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid mengimbau kepada masyarakat, agar perbedaan tersebut tidak diperdebatkan dan dipertentangkan.

"Perbedaan tersebut harus tetap kita terima sebagai sebuah kewajaran dan tidak perlu kita besar-besarkan, apalagi kita pertentangkan," kata Zainut dalam keterangan tertulisnya, Selasa (27/6/2017).

"Semua harus tetap dibangun dalam bingkai persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyyah) dan persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyyah)," dia melanjutkan.

Zainut juga mengimbau agar keberagaman ini tidak mengurangi kekhidmatan dan kekhusyuan dalam menunaikan ibadah.

Ke depan, MUI berharap seluruh umat Islam bisa memberikan kepercayaan kepada pemerintah, sebagai pihak yang berkompeten dalam menentukan awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah.  

"Karenanya, perbedaan penentuan hari tidak perlu terjadi lagi, jika pimpinan jemaah atau para tokoh dari kelompok tersebut bersedia bertanya, atau berdiskusi tentang metoda penentuan 1 Syawal dengan berbagai pihak yang lebih memiliki kompetensi di bidangnya," Zainut menandaskan.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya