Mudik Naik Motor Berisiko Tinggi

Mudik Lebaran naik motor sudah menjadi tradisi bagi sebagian masyarakat Indonesia

oleh Arief Aszhari diperbarui 19 Jun 2017, 10:40 WIB
Ribuan motor mengular saat akan memasuki kapal Ferry tujuan Pelabuhan Bakauheni, Lampung di Pelabuhan Merak, Banten, Rabu, (15/7/2015). Total pemudik yang menyebrang 124.606 pemudik, 9.860 roda empat, 19.197 roda dua. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Mudik Lebaran naik motor sudah menjadi tradisi bagi sebagian masyarakat Indonesia. Padahal, mudik naik motor seperti ini berisiko tinggi.

Oleh karena itu, berbagai persiapan harus benar-benar dilakukan jika ingin mudik naik motor, baik dari segi kendaraan maupun si pengendara dan pemboncengnya itu sendiri.

Koordinator Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman) Edo Rusyanto mengatakan, pemudik yang menggunakan sepeda motor terus meningkat. Kabar baiknya, angka kecelakaan yang melibatkan sepeda motor saat mudik Lebaran menurun.

"Kecelakaan yang melibatkan sepeda motor saat mudik Lebaran turun, dari tahun lalu 70,8 persen menjadi 67 persen. Banyak yang mempengaruhi, yaitu saat mudik lakukan manajemen perjalanan, jadikan mekanisme perjalanan sebagai kebutuhan," ucap Edo di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut Edo menjelaskan, manajemen perjalanan atau manajemen keselamatan jalan mudik terbagi menjadi beberapa tahapan. Pertama, sudah pasti persiapan sebelum melakukan perjalanan jauh untuk mudik Lebaran.

"Persiapan ada dari fisik pengendaranya, yaitu harus istirahat minimal tidur delapan jam, itu wajib dilakukan. Kedua, kendaraannya mulai dari ban, rantai, rem, bahan bakar, hingga ke komponen terkecil sekali pun seperti tutup pentil sudah diperiksa," tegas Edo.

Setelah melakukan persiapan, tahapan yang paling penting selanjutnya adalah di perjalanan. Paling atas atau penting yang harus diperhatikan, kata Edo, adalah ritme istirahat ketika melakukan perjalanan jauh. "Istirahat harus dua jam sekali, dengan asumsi tulang belakang manusia itu menanggung beban lebih berat saat berkendara, ditambah membawa barang," katanya.

Selain itu, dari segi psikologis, manusia tidak akan bisa mengontrol emosinya saat melakukan kegiatan yang monoton (berkendara), jadi sangat penting melakukan pola istirahat yang benar.

"Tips lain, jangan bawa barang berlebihan. Kalau bisa, dikirim saja barangnya. Mending bayar biaya pengiriman sekian ribu, dibanding harus menanggung risiko kecelakaan lebih besar," pungkasnya.

 

Simak juga video menarik di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya