Duduk Sama Rendah di Babacakan Jelang Ramadan

Babacakan, bagian dari selamatan atau syukuran sebagai bentuk wujud rasa syukur karena bisa dipertemukan kembali dengan Ramadan.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 24 Mei 2017, 16:30 WIB
Munggahan atau tradisi penutupan sebelum bulan suci Ramadan di Banten, biasa dirayakan dengan babacakan (bancakan) atau makan bersama. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Serang - Munggahan atau tradisi penutupan sebelum bulan suci Ramadan di Banten, biasa dirayakan dengan babacakan (bancakan) atau makan bersama. Tradisi itu kali ini digelar oleh 54 staf liputan dan protokol DPRD Banten.

"Ini kan untuk menambahkan kebersamaan antar-pegawai. Kalau pas puasa kan enggak bisa makan-makan," ucap Kepala Sub Bagian Liputan dan Protokol DPRD Banten Subhan yang ditemui usai babacakan di ruangannya, Rabu (24/5/2017).

Babacakan atau makan bersama yang digelar oleh para staf itu menyajikan nasi di atas kertas dengan lauk ikan asin, sambal, lalapan, munahir goreng, dan daging ayam khas Sunda Banten.

"Silaturahmi dan kebersamaan itu kan mahal harganya," ujar dia.

Pria asli Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak ini bercerita bahwa kalau tradisi tersebut terus dilestarikan dan bisa dicontoh oleh pemerintah. Apalagi, tradisi awal Ramadan ini merupakan perwujudan Bhinneka Tunggal Ika dalam lingkup kecil.

"Kalau sudah bersama kan kita pasti bersatu pastinya. Enggak ada lagi itu ribut-ribut. Kerja juga enak," tuturnya.

Bancakan atau biasa disebut babacakan dalam sejarahnya merupakan bentuk makan disatukan wadah yang menggambarkan kebersamaan. Nasi, lauk, dan bumbu disajikan di atas nampan besar atau tampah, bisa juga di atas daun pisang atau alas lainnya.

Bancakan merupakan bagian dari selamatan atau syukuran sebagai bentuk wujud rasa syukur karena dipertemukan kembali dengan bulan suci Ramadan. Sebelum makanan tersebut disantap bersama, ada sesepuh yang membacakan doa dengan tujuan demi keselamatan.

Munggahan atau tradisi penutupan sebelum bulan suci Ramadan di Banten, biasa dirayakan dengan babacakan (bancakan) atau makan bersama. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Tradisi bancakan mempunyai filosofi yang sudah mengakar dalam masyarakat Sunda ataupun Jawa, termasuk sejumlah daerah di Tanah Air. Saat makan bersama dalam satu nampan, setiap orang duduk rendah mengelilingi nampan.

Tidak ada perbedaan apakah anak tersebut anaknya orang kaya atau miskin, apakah orang tua atau muda. Semua dianggap sama statusnya.

Juga tidak ada rasa jijik saat menyantap makanan bersama, malah mengikuti bancakan merupakan kegiatan yang menarik minat banyak orang. Budaya atau tradisi menyambut Ramadan ini juga mencerminkan semangat gotong-royong dan kerukunan dalam bermasyarakat.

Adapun Munggahan berasal dari "munggah" yang berarti naik. Salah satu maknanya adalah saat memasuki bulan Ramadan, masyarakat naik ke waktu atau bulan yang luhur derajatnya. Diharapkan pula, masyarakat juga menjadi pribadi yang lebih baik seiring dengan tibanya bulan suci Ramadan, khususnya dalam urusan menahan hawa nafsu selama berpuasa.




POPULER

Berita Terkini Selengkapnya