Cara Riau Atasi Konflik Manusia dengan Harimau Sumatera

Penanganan konflik Harimau Sumatera dengan manusia cukup unik.

oleh M Syukur diperbarui 24 Mei 2017, 20:30 WIB
Harimau Sumatera berkeliaran di perkebunan dan permukiman warga Simpang Kanan, Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. (Foto: Istimewa/Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Riau - Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau segera menurunkan tim terpadu untuk mengatasi konflik manusia dengan satwa liar seperti [Harimau Sumatera](um "").

Konflik terakhir terjadi ketika seekor Harimau Sumatera berkeliaran di pemukiman warga di Kanal Kanan, Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir. Harimau bernama latin Panthera Tigris Sumatrae itu bahkan nyaris menerkam seorang bocah dan pencari kayu. Salah satu di antara mereka sempat terkena cakaran.

"Segera kita turunkan tim terpadu untuk mengatasinya, karena penanganan konflik harimau cukup unik, kita tidak ingin salah langkah dalam mengkaji, dan menelusuri apa pemicu sehingga harimau berkeliaran di Pemukiman," ujar Kepala Seksi Perencanaan Perlindungan dan Pengawetan BBKSDA Riau, Ujang Holisudin di Pekanbaru, Rabu (24/5/2017) dikutip Antara.

Tim terpadu yang terlibat nantinya merupakan gabungan dari pihak BBKSDA, WWF, Forum Hariamau Kita, masyarakat setempat serta perusahaan yang mempunyai lahan konsensi di kawasan itu. Sebagai langkah awal tim akan melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai tindakan yang dilakukan saat Harimau Sumatera masuk pemukiman.

"Kita tenangkan dulu warganya dengan semacam penyuluhan, agar tidak terjadi tindakan menyerang harimau apalagi sampai membunuh," katanya.

Kemudian tim akan melakukan analisis pemicu konflik dengan kajian mendalam, apakah area tersebut termasuk wilayah jelajah harimau, atau akibat habitat mereka yang sudah rusak. Mereka juga akan melakukan kajian faktor ketersediaan makanan di hutan.

"Setelah itu baru diambil langkah, apakah akan dilakukan pengusiran, pemasangan perangkap atau langkah akhir dilakukan evakuasi," ujar Ujang.

Pada Februari lalu, konflik serupa pernah terjadi. BBKSDA Riau melakukan penelusuran lokasi dan ditemukan feses (kotoran) serta tapak harimau dengan dugaan kuat kawasan tersebut merupakan kawasan jelajah harimau.

Sementara, Kasat Polres Indragiri Hilir, AKP Lazarus Sinaga menambahkan, kondisi desa dengan 16.000 penduduk itu kini tengah kondusif.

"Memang sempat terjadi keresahan di sana, namun saat ini sudah kondusif," ujarnya.

Terkait dengan adanya korban yang sempat dicakar Harimau Sumatera, pihaknya memang menerima laporan dan sedang mengkonfirmasi kebenarannya.

Sedangkan, untuk tim terpadu akan diturunkan secara integral. Namun untuk mencapai lokasi akan memakan waktu mengingat medan cukup terjal dan harus melewati jalur laut untuk mencapai lokasi tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya