Harga BBM Melonjak Tinggi di Korea Utara, Ada Apa?

Harga BBM di Pyongyan melonjak naik hingga 83 persen. Adanya penghentian ekspor minyak mentah dari China atau diborong tentara?

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 27 Apr 2017, 08:15 WIB
Ilustrasi Korea Utara. (AP)

Liputan6.com, Pyongyang - Harga bahan bakar minyak--baik bensin dan solar--di Pyongyang, Korea Utara melonjak naik hingga 83 persen pada akhir minggu ke-3 April 2017.

Sejumlah pengunjung asing di Pyongyang melaporkan fenomena pembelian bahan bakar yang sangat terbatas dan tutupnya sebagian stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di ibukota Korea Utara tersebut, seperti yang diwartakan BBC, Kamis (27/4/2017).

Pada beberapa SPBU, suplai untuk atase kedutaan negara asing bahkan ikut terkena dampak pembatasan penjualan. Antrean masyarakat untuk mengisi bahan bakar bertambah panjang dari biasanya, meski kini harga BBM telah melambung tinggi.

Kantor berita NK News menjelaskan bahwa kenaikan tajam harga BBM disebabkan oleh dugaan bahwa China telah menghentikan penjualan minyak mentah (crude oil) ke Korea Utara. Minyak mentah merupakan bahan utama untuk bensin dan solar.

Meski masih bersifat dugaan, namun tindakan China untuk membatasi suplai minyak mentah ke Pyongyang tak jauh dari logika, mengingat pada beberapa waktu terakhir Negeri Tirai Bambu didesak oleh beberapa negara untuk 'bertindak tegas' terhadap Korea Utara.

Pada pertengahan April 2017, sejumlah kantor berita melaporkan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendesak Presiden Xi Jinping untuk mengambil langkah tegas terhadap Kim Jong-un. Trump juga membujuk Xi dengan alasan bahwa kerjasama Washington dan Beijing dapat lebih baik apabila Negeri Tirai Bambu membatasi hubungannya dengan Pyongyang.

Maka, kini China menekan suplai minyaknya ke Korea Utara.

Karena minyak terbatas, maka BBM pun menjadi barang langka.

Meski sedikit, namun kelompok pengguna kendaraan pribadi di Pyongyang yang mengetahui kelangkaan tersebut mulai menimbun BBM sebanyak-banyaknya dan mengakibatkan kenaikan harga.

Atau, ada permintaan besar-besaran dari pihak militer Korea Utara. Mungkin juga ada anomali pembelian BBM.

Segala prakiraan itu sulit untuk diketahui pasti karena Tiongkok dan Korea Utara merupakan dua negara yang sangat ketat dalam mengontrol arus informasi.

Namun, prediksi itu menunjukkan seberapa besar dampak embargo minyak oleh China bagi kelangsungan hidup di Pyongyang, Korea Utara.

Prediksi itu juga menunjukkan betapa besar pengaruh China untuk mengambil peran dalam menurunkan tensi politik dan militer yang tegang di Semenanjung Korea dengan membuat Kim Jong-un meminta negosiasi kepada Negeri Tirai Bambu.

 

 

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya