Kondisi Geopolitik Korea Bikin Dolar AS Tertekan

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Senin pekan ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 17 Apr 2017, 13:33 WIB
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Senin pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Senin pekan ini. Sentimen geopolitik masih menjadi penekan dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Senin (17/4/2017), rupiah dibuka di angka 13.264 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.274 per dolar AS.

Pergerakan rupiah sejak pagi hingga siang hari ini berada di kisaran 13.253 per dolar AS hingga 13.271 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 1,58 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah dipatok di angka 13.255 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan pada Jumat lalu yang ada di angka 13.264 per dolar AS.

Dolar AS memang tertekan pada perdagangan di awal pekan ini karena investor khawatir dengan kondisi geopolitik di Semenanjung Korea.

Korea Utara telah menguji coba rudal 12 hari lalu. Proyektil yang diluncurkan tersebut meluncur dengan jarak 60 kilometer dan ditembakkan di sekitar Sinpo, Provinsi Hamgyong Selatan, pada 5 April pukul 6.42 waktu Seoul.

Selain itu, pada Sabtu 15 April, Korea Utara melangsungkan perayaan besar dengan parade militer untuk menandai ulang tahun Kim Il-sung, kakek pemimpin Korut saat ini Kim Jong-un sekaligus sebagai pendiri negara itu.

Amerika Serikat (AS) mengirimkan USS Carl Vinson ke semenanjung Korea. USS Carl Vinson didukung oleh dua reaktor nuklir dan mengangkut nyaris 100 pesawat. Armada perang AS ini juga terdiri dari kapal perusak dan kapal penjelajah. Sebuah kapal selam juga diduga ikut bergabung.

Sejumlah kapal perang Jepang dilaporkan juga akan bergabung dengan USS Carl Vinson. Beberapa kapal perusak (destroyer) dari Angkatan Laut Jepang dan kapal perang lainnya menuju Laut China Timur.

"Korea Utara memprovokasi tetapi tidak melampaui batas-batas yang ada. Saat ini tergantung China menanggapi provokasi tersebut," jelas analis senior SMBC Nikko Securities Makoto Noji kepada Reuters. (Gdn/Ndw)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya