Infrastruktur Terbatas Bikin Biaya Investasi Membengkak

Tugas utama pemerintah saat ini ialah mendorong pembangunan infrastruktur.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 10 Mar 2017, 12:30 WIB
Suasana proyek pembangunan MRT di kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (5/7). Pengerjaan proyek infrastruktur di Jakarta dan sekitarnya libur sementara karena para pekerja memperoleh libur Lebaran. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memfokuskan pembangunan infrastruktur. Bukan tanpa alasan, selama ini infrastruktur menjadi tolak ukur daya saing Indonesia.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro menerangkan, selama ini daya saing Indonesia selalu tertinggal. Jelas saja, hal itu tak menarik investor untuk menanamkan modalnya. Rendahnya daya saing Indonesia karena infrastruktur kurang memadai.

"Fakta di dalam setiap survei apakah daya saing apakah Ease of Doing Business (EODB) atau yang lainnya, faktor yang membuat daya saing Indonesia kurang menarik, secara konsisten yang muncul infrastruktur," kata dia dalam acara Underwriting Network 2017 di Bali, Jumat (10/3/2017).

Dia menerangkan, dengan infrastruktur yang terbatas, maka investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia berpikir akan mengeluarkan modal lebih besar. "Jadi sudah clear bahwa infrastruktur tertinggal sehingga investor merasa dengan infrastruktur terbatas ujungnya investasi lebih besar," jelas dia.

Sebagai contoh, lanjut Bambang, jika membangun pabrik seorang investor harus memiliki genset. Padahal itu tak perlu jika pasokan listrik lancar. Bambang bilang untuk membeli genset mengeluarkan biaya tak sedikit. Belum lagi beban bertambah berat karena harus memakai bahan bakar diesel.

"Genset itu mahal operasinya, harus beli. Kedua yang mahal bahan bakar karena pakai diesel," jelas dia.

Maka, tugas utama pemerintah saat ini ialah mendorong pembangunan infrastruktur. Tidak hanya mengandalkan anggaran pemerintah, namun pemerintah mendorong peran private sector.

"Kita sadari infrastruktur sangat kurang. Kedua penting sumber pertumbuhan ekonomi. Kita concern bagaimana tumbuh 5 persen. Karena untuk kebutuhan kita masih kurang," tandas dia. (Amd/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya