Kisah Sedih Ami, Orangutan yang Dipasung di Kalimantan

Orangutan yang bernama Ami ini dirantai besi di dalam kandang kayu berukuran 1 x 1,5 meter.

oleh Aceng Mukaram diperbarui 18 Feb 2017, 16:03 WIB
orangutan

Liputan6.com, Pontianak - Tak ada hentinya permasalahan orangutan di Kalimantan. Usai beberapa minggu lalu seekor orangutan dibantai dengan cara ditembak lalu dimasak dan dikonsumsi, kali ini seekor orangutan ditemukan dipasung karena jadi peliharaan warga.

Di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, orangutan yang bernama Ami ini dirantai besi di dalam kandang kayu berukuran 1 x 1,5 meter dengan tinggi sekitar 1 meter. Tak banyak ruang gerak di dalam kandang tersebut. Rantai yang melingkar di lehernya sudah sangat ketat dan menimbulkan luka.

"Rantai di lehernya menyebabkan luka, kalau tidak segera dievakuasi lukanya akan makin dalam. Nantinya lukanya akan kita periksa lagi di klinik kita di Sungai Awan," kata pengurus International Animal Rescue (IAR), Sulhi Aufa dalam siaran pers rilis, Jumat, 17 Februari 2017.

Dalam rilis itu disebutkan, IAR dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Konservasi Wilayah I Ketapang, Kalimantan Barat berhasil menyelamatkan dua individu orangutan Kalimantan atau Pongo pygmaeus.

Salah satu yang ditemukan adalah orangutan betina yang dipasung ini diselamatkan dari Desa Manis Mata, Kecamatan Manis Mata, Kabupaten Ketapang. Orangutan betina ini diperkirakan berumur 5-6 tahun dan sudah dipelihara oleh Ari Yanto selama tiga bulan.

Laporan keberadaan orangutan ini berasal dari Yayasan Palung. Menindaklanjuti laporan tersebut, IAR Ketapang menerjunkan tim Human-Orangutan Conflict Response Team (HOCRT) untuk memverifikasi laporan.

Tim HOCRT kemudian memberikan hasil verifikasi ke Ketapang dan IAR Ketapang menerjunkan tim penyelamat yang berangkat dengan anggota BKSDA SKW I Ketapang.

Pemilik orangutan di Manis Mata, Ari Yanto, mengaku mendapatkan orangutan ini dari seseorang di daerah Jambi, Ketapang, Kalimantan Barat. Ari Yanto membeli orangutan ini seharga Rp 1,1 juta dari seseorang di daerah Jambi lantaran kasihan melihat kondisi orangutan.

"Dulu kurus kondisinya, sekarang sudah agak gemuk selama saya pelihara. Biasanya saya kasih makan pisang dan air gula. Kadang nasi sama kuah asam juga mau," kata Ari.

Ari mengatakan, ia mengeluarkan biaya yang cukup besar selama dia memelihara orangutan ini. Dana sebesar Rp 15 ribu per hari dikeluarkan untuk kasih makan orangutan ini.

Pemiliknya memahami bahwa orangutan merupakan satwa dilindungi. Dia mengaku sudah berniat untuk menyerahkan orangutan ini kepihak berwenang.

Menurut Ari, orangutan ini baru satu bulan tinggal di kandang. Sebelumnya orangutan ini dia pelihara di dalam dapur rumah.

"Tapi karena kotor dan bau, akhirnya orangutan ini saya buatkan kandang di belakang," kata Ari.

Dia mengaku menghabiskan uang Rp 500 ribu untuk membuat kandang ini bagi Ami.

Ketua Program IAR Indonesia Karmele L Sanchez menjelaskan, ini menunjukkan masih adanya masalah kesejahteraan satwa yang parah. Banyak orangutan dipelihara, tapi diperlakukan lebih buruk, seperti dipasung seumur hidup dan hidup menyedihkan.

"Anda bisa merasakan kesedihan di matanya. Jika tidak kita selamatkan, orangutan ini akan menderita seumur hidupnya, dirantai sampai mati," Karmele.

Ia menegaskan, ini adalah saatnya semua orang yang memelihara orangutan menyadari bahwa jika mereka telah melanggar hukum. Apalagi orangutan saat ini sudah hampir punah.
 
Kata dia, orang yang menemui penjual orangutan seharusnya tidak membelinya, melainkan segera melaporkannya ke pihak berwajib. "Jika masyarakat tidak mau bekerja sama menyerahkan orangutan, maka diperlukan penegakan hukum," ujar Karmele.

2 dari 2 halaman

Vena, Bayi Orangutan Juga Dievakuasi

orangutan

Di hari yang sama, satu orangutan lagi ditemukan dari Desa Air Hitam Besar, Kecamatan Kendawangan, Ketapang.

Bayi orangutan yang masih berusia sekitar tujuh bulan itu dievakuasi dari seorang warga di Kampung Hilir Danau Limau, Desa Air Hitam Besar.

Pemiliknya mengaku sudah memelihara bayi orangutan ini selama tiga bulan. Selama dipelihara, orangutan yang diberi nama Vena ini dirawat seperti anak sendiri.

"Saya merasa orangutan ini sudah seperti  anak saya sendiri," ujar Bahiyah, pemilik orangutan Vena.  

Dia mengaku mendapatkan orangutan ini dari seseorang. Sebelum mendapatkan Vena, dia sudah pernah memelihara orangutan lainnya yang diberi nama Boy.

"Saya merasa sedih kehilangan si  Boy. Saya tidak bisa tidur selalu dan selalu kepikiran sama Boy. Akhirnya ada seseorang yang memberikan bayi orangutan ini kepada saya untuk dipelihara," ucapnya.

Banyak Dipelihara

Walau pemeliharaan orangutan merupakan pelanggaran hukum, masih banyak orang yang memelihara orangutan di Kabupaten Ketapang.

Berdasarkan data IAR Indonesia, sepanjang 2016, tidak kurang ada 12 individu orangutan yang diselamatkan dari pemeliharanya.

Di awal tahun ini saja, sudah ada tiga penyelamatan orangutan yang dipelihara oleh warga.

Pada kasus pemeliharaan bayi orangutan, hampir dapat dipastikan bahwa induk orangutan dibunuh lebih dulu untuk mendapatkan anaknya.

Sebab, normalnya bayi orangutan akan tinggal bersama induknya sampai usai 6-8 tahun. Selama anaknya belum berusia cukup untuk hidup mandiri, induk orangutan akan selalu mati-matian menjaga anaknya.

"Proses rehabilitasi dan persiapan untuk dikembalikan ke alam tidak mudah dan cukup lama," kata Manajer Operasional IAR Indonesia, Adi Irawan.

Bayi orangutan sendiri masih butuh waktu cukup panjang, sampai bertahun-tahun untuk bisa direhabilitasi dan dikembalikan ke habitat aslinya.

"Biayanya juga sangat besar. Di tempat rehabilitasi orangutan kami di Ketapang sudah ada 108 orangutan, dan itu adalah tanggung jawab besar bagi kami," ujar Adi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya