Drone yang Bisa Angkut Manusia Diuji Coba di Dubai, Seperti Apa?

UEA jadi salah satu negara pertama yang menggunakan teknologi drone berpenumpang.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 16 Feb 2017, 06:54 WIB
Pengunjung melihat Drone EHang 184 yang dipamerkan di World Government Summit 2017, Dubai, Senin (13/2). Drone EHang 184 ini mempunyai kemampuan otonom, sehingga penumpang harus memasukkan sendiri tujuan lokasi melalui sebuah aplikasi. (STRINGER/AFP)

Liputan6.com, Dubai - Sebuah pesawat tanpa awak atau drone yang dapat menggangkut penumpang bukan lagi sekedar mimpi. Sebentar lagi, transportasi supercanggih ini benar-benar bisa digunakan publik.

Negara yang menggunakan teknologi ini adalah Uni Emirat Arab (UEA). Nantinya, drone berpenumpang ini akan beroperasi di Dubai Juli mendatang.

Keterengan tersebut disampaikan Kepala Badan Jalan dan Transportasi Kota Dubai, Matt Al-Tayer dalam acara World Goverment Summit di kota tersebut.

"Model drone buatan China eHang 184, sudah kami uji untuk terbang," sebut Al Tayer seperti dikutip dari BBC, Rabu (15/2/2017).

Berat maksimal penumpang adalah sebanyak 100 kilogram. Waktu terbangnya kurang lebih 30 menit.

Saat naik ke drone, penumpang langsung disuguhi layar sentuh untuk memilih tujuannya. Tidak ada tombol lain di dalam drone tersebut.

Drone ini menggunakan teknologi auto-pilot. Seluruh pengendalian dan pengawasan ada dikendalikan di command center atau pusat komando..

Drone ini memiliki kecepatan cukup kencang, mencapai 160 kilometer dan bisa terbang setinggi 50 kilometer. Pesawat tanpa awak tersebut pun menggunakan single battery charge.

"Ini bukan model satu-satunya, kami sudah melakukan eksperimen menerbangan ini di langit Kota Dubai," sebut Tayer.

Alat tersebut bukan cuma akan digunakan di UEA. Negara Bagian Nevada pada Juni 2016 telah menguji coba penggunaan drone.

Dosen Senior bidang sistem avionik dan pesawat Universitas West of England, Steven Wright, memuji teknologi ini. Dia mengingatkan agar keselamatan menjadi hal utama.

"Cara sistem ini bekerja mudah ini akan membuat mereka bekerja dengan normal. Yang agak sedikit rumit adalah membuat sistem ini tahan dari kerusakan," ucap Wright.

"Sebenarnya saya ingin drone bisa terbang selama 1.000 jam terlebih dulu, sebelum manusia bisa memasukinya," sebut dia.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya