Apresiasi Penyintas Teror Hotel JW Marriott pada BNPT yang Pertemukan dengan Eks Napiter

Peristiwa serangan bom yang terjadi di Hotel JW Mariott, Jakarta Selatan pada 5 Agustus 2003 lalu menjadi kenangan pahit bagi para korban maupun keluarga penyintas.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Agu 2023, 19:21 WIB
Peristiwa serangan bom yang terjadi di Hotel JW Mariott, Jakarta Selatan pada 5 Agustus 2003 lalu menjadi kenangan pahit bagi para korban maupun keluarga penyintas. (Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Peristiwa serangan bom yang terjadi di Hotel JW Mariott, Jakarta Selatan pada 5 Agustus 2003 lalu menjadi kenangan pahit bagi para korban maupun keluarga penyintas.

Tak hanya mereka yang terdampak langsung, aksi teror tersebut juga menjadi catatan kelam yang menguasai perjalanan bangsa Indonesia.

Perwakilan Yayasan Keluarga Penyintas (YKP) Vivi Nurmasari pum memberikan apresiasi kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI).

BNPT diketahui telah merealisasikan acara yang mempertemukan antara penyintas dan mitra deradikalisasi atau eks narapidana terorisme (eks napiter) dalam sebuah momen peringatan 2 dekade ledakan JW Mariott Hotel sekaligus bedah buku memoar korban JW Marriott, The Power of Forgiveness yang ditulis Tony Soemarno selaku salah seorang penyintas bom Marriott.

"Terima kasih atas dukungan dan bantuannya kepada BNPT, Densus 88 dan LPSK yang telah mewujudkan kegiatan ini," ujar Vivi melalui keterangan tertulis, Sabtu (5/8/2023).

Vivi mengatakan, acara peringatan 20 tahun ledakan JW Mariott ini bertujuan untuk menjadi ajang refleksi, terutama bagi para penyintas yang kini telah memiliki kehidupan baru.

Acara pada tahun ini mengusung tema 'Memaafkan adalah Sebuah Keberanian dari Seorang Manusia' yang dikutip dari kalimat bijak Indira Gandhi.

Dengan tema ini, menurut Vivi, diharap para penyintas membuka pintu maaf yang sebesar-besarnya kepada para mitra deradikalisasi atau eks napiter sekaligus berdamai dengan kenangan buruk masa lampau.

"Hari ini kita mengenang peristiwa pemboman 20 tahun silam bukan untuk meratapi kejadian yang telah kita alami, namun untuk merefleksi diri kita untuk menjadi manusia yang lebih baik, lebih kuat, lebih mandiri serta dapat berdamai dengan jiwa kita untuk memaafkan para pelaku," kata Vivi.

 

2 dari 2 halaman

Apresiasi dari BNPT

Kepala BNPT Boy Rafli Amar memimpin Delegasi Indonesia pada The First United Nations Global Congress of Victims of Terrorism yang digelar di Markas Besar PBB New York pada 8 hingga 9 September 2022.

Sementara itu, Direktur Deradikalisasi BNPT RI Brigjen Pol R Achmad Nurwakhid mengapresiasi langkah berani para penyintas dalam memaafkan kesalahan mitra deradikalisasi di masa lampau. Dia menilai, memaafkan adalah salah satu bentuk syukur yang paling tinggi terhadap Tuhan.

"Terima kasih kepada teman-teman penyintas yang dengan segala kerendahan hati memaafkan saudara-saudara kita yang pernah melakukan sesuatu yang merugikan semua pihak," kata Achmad.

Peringatan 20 tahun bom JW Mariott bukan memperingati tragedi yang menyedihkan, tetapi peristiwa itu harus menjadi kaca spion untuk melihat ke belakang sebagai wujud refleksi agar jangan sampai kejadian yang sama terulang.

"Kita menyongsong masa depan dengan bersatu, bergabungnya antara penyintas, mitra deradikalisasi, petugas Densus 88 maupun BNPT, insyaallah akan ditiru oleh yang lainnya," jelas dia.

Infografis penangkapan teroris dalam sepekan (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya