Twitter Nyaris Garap Aplikasi Pesan Instan

Aplikasi pesan instan besutan medsos yang identik dengan logo burung biru ini awalnya hanya dirancang untuk wilayah India.

oleh Jeko I. R. diperbarui 18 Des 2016, 10:00 WIB
Di sejumlah negara Twitter dinilai terlalu berbahaya dan harus menghadapi belenggu pemblokiran.

Liputan6.com, San Francisco - Twitter memang dirumorkan sempat menggarap aplikasi pesan instan terpisah. Meski begitu, media sosial (medsos) microblogging ini tak pernah memastikan hal tersebut.

Hingga kini, belum ada bukti Twitter pernah membesut aplikasi pesan instan.

Usut punya usut, sebagaimana dilaporkan Ubergizmo dari BuzzFeed News, Minggu (18/12/2016), perusahaan yang berbasis di San Francisco itu ternyata nyaris mengembangkan aplikasi pesan instan. Hanya saja, Twitter merancangnya khusus untuk pasar di negara berkembang.

Aplikasi pesan instan ini dikembangkan oleh tim engineer Twitter di Negeri Paman Sam. Twitter mengirim sejumlah engineer-nya ke India pada September 2016. Sayang, proses pengembangan aplikasi terhambat karena satu dan lain hal. Hasil akhirnya, aplikasi itu tidak jadi diluncurkan.

Lantas, mengapa Twitter memilih India secara khusus untuk merilis aplikasi pesan instannya? Sebab, pihak Twitter menilai India memiliki pertumbuhan pengguna yang lemah.

Pengguna medsos dan aplikasi pesan instan di India justru cenderung memilih menggunakan Facebook Messenger dan WhatsApp. Karena itu, mereka menciptakan solusi untuk mencaplok lebih banyak pengguna dengan memanfaatkan aplikasi pesan instan.

Tak hanya itu, Twitter juga ingin mengajak para buzzer di sana untuk menggunakan aplikasi pesan instan ini dan membuat komunitas yang terbentuk dalam group chat. Mereka diharapkan bisa membuat topik menarik dan terus berdiskusi di dalam aplikasi tersebut.

Hingga berita ini naik, Twitter belum memberikan konfirmasi apakah mereka memang pernah membesut aplikasi pesan instan. Yang pasti, diketahui mereka baru saja menutup fasilitas engineering di Bangalore, India pada September 2016 kemarin sebagai bagian restrukturisasi global untuk memangkas sejumlah karyawan.

(Jek/Ysl)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya