Bak Menanti Ajal, Warga Aleppo Kirim 'Pesan Terakhir' pada Dunia

Beberapa warga Aleppo mengucapkan pesan "selamat tinggal" saat pasukan Suriah mulai mengepung wilayah yang dikuasai oleh pemberontak.

oleh Citra Dewi diperbarui 14 Des 2016, 11:00 WIB
Salah satu warga Aleppo yang mengirimkan pesan terakhir, Salah Ashkar (Twitter/@SalahAshkar)

Liputan6.com, Aleppo - Warga Suriah di Aleppo timur mengucapkan pesan "selamat tinggal" saat pasukan pemerintah mulai mengepung wilayah yang dikuasai oleh pemberontak. Ribuan warga sipil terjebak di tengah-tengah situasi yang disebut oleh juru bicara PBB sebagai krisis kemanusiaan.

"Ini mungkin akan menjadi video terakhir saya. Lebih dari 50.000 warga sipil yang memberontak terhadap diktator al-Assad terancam dieksekusi atau sekarat di bawah pengeboman," ujar aktivis di Aleppo timur, Lina Shamy, dalam sebuah video yang ia bagikan di Twitter.

Dikutip dari CNN, Rabu (14/12/2016), pasukan rezim Bahsar al-Assad telah mengambil alih banyak wilayah di Aleppo timur yang telah dikuasai oleh pemberontak selama empat tahun. Terdapat sejumlah laporan bahwa pasukan pro-pemerintah telah melakukan eksekusi massal dalam beberapa waktu terakhir, saat pertempuran sengit terjadi sebagai upaya untuk merebut kembali Aleppo.

Seorang aktivis dan guru Bahasa Inggris di Aleppo timur, Abdulkafi al-Hamdo, membagikan video Periscope di Twitter dan mengatakan ia telah putus asa terhadap komunitas internasional.

"Tidak percaya lagi kepada PBB. Tidak percaya lagi dengan komunitas internasional. Jangan berpikir bahwa mereka tidak puas dengan apa yang sedang terjadi. Mereka puas bahwa kami dibunuh," ujar al-Hamdo melalui video yang diunggahnya pada 13 Desember 2016.

"Rusia tidak ingin kami keluar dalam keadaan hidup. Mereka ingin kami mati. Assad sama saja. Kemarin ada banyak perayaan di wilayah lain Aleppo. Mereka merayakannya di atas jasad kami," imbuh dia.

Aktivis lainnya di Aleppo, Salah Ashkar, membuat permohonan terakhir kepada orang-orang untuk melakukan protes terhadap PBB tentang apa yang terjadi di Aleppo.

"Tolong, pergi ke kedutaan dan blokir jalan. Pergi ke markas PBB dan blokir jalan. Tolong, jangan biarkan mereka tidur. Lakukan, lakukan, lakukan, lakukan itu sekarang. Tidak ada lagi menit yang tersisa. Tolong, tolong, tolong, berdiri dengan Aleppo," ujar Ashar dalam sebuah video yang ia bagikan di Twitter.

Dr Salim abu Al-Naser, seorang dokter gigi di Aleppo timur, berbagi video serupa.

"Ini bisa menjadi permohonan terakhir saya...semua orang yang bisa mengirim pesan kepada pemerintah untuk negaranya...minta mereka untuk menghentkan agresi, hentikan pembunuhan, hentikan perang," kata Al Nasser dalam sebuah video yang diunggahnya pada 13 Desember 2016.

Seorang jurnalis Suriah yang terkepung di Aleppo timur, Bilal Abdul Kareem, membagikan "pesan terakhir" pada 12 Desember 2016. Kareem, yang bekerja untuk On The Ground News, mengutuk komunitas muslim karena telah gagal untuk menolong warga Aleppo.

"Saya ingin mengatakan umat muslim yang berada di luar sana...kalian telah menjatuhkan bola yang satu ini," ujar Kareem.

Sementara itu aktivis Monther Etaky berterima kasih kepada semua orang yang "berdiri untuk kemanusiaan" dalam mendukung Aleppo. "Saya ingin berterima kasih kepada semua orang yang berdiri untuk kemanusiaan dengan kasus kami, saya tidak akan melupakanmu jika kita telah melewati kehidupan lainnya," tulis Etaky dalam Twitter.

Seorang anak perempuan Suriah yang telah menyedot perhatian internasional atas sejumlah tweetnya dari Aleppo, Bana Alabed, telah membagikan banyak pesan perpisahan dalam beberapa hari terakhir. Pada 13 Desember 2016, ia memposting ucapan selamat tinggal lainnya.

"Nama saya Bana, saya berusia tujuh tahun. Saat ini aku berbicara secara langsung kepada dunia dari #Aleppo timur. Ini merupakan saat terakhirku untuk hidup atau mati," ujar Alabed dalam Twitter.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya