Rupiah Bakal Bergejolak Imbas Donald Trump Jadi Presiden AS

Nilai tukar rupiah diperkirakan bergejolak dalam jangka pendek.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 10 Nov 2016, 08:25 WIB
Rupiah pada saat istirahat siang ini tercatat melemah sebesar 162 poin atau turun tajam 1,24 persen ke kisaran Rp 13.246 per dolar AS, Jakarta, Rabu (9/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Analis Pasar Uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri memperkirakan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpotensi fluktuatif pasca-Pemilihan Presiden (Pilpres)‎ Amerika Serikat dengan kemenangan Donald Trump. Potensi pelemahan masih dapat terjadi, meski tidak terlalu tajam.

"Akan terjadi fluktuasi rupiah pasca-Pemilu AS, seperti kemarin 9 November yang sempat menyentuh Rp 13.188 per dolar AS, tapi kembali menguat ke level Rp 13.099 per dolar AS," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis (10/11/2016).

Mata uang Garuda, kata Reny, masih akan cenderung bergejolak dalam jangka pendek. Namun, Ia  menuturkan, tidak akan melemah terlalu tajam.

"Prediksinya rupiah masih di kisaran Rp 13.050-13.160 dalam jangka pendek. Tapi untuk target akhir tahun, kami masih perkirakan di level Rp 13.100 per dolar AS," jelas Reny.

Terpisah, Analis Pasar Uang, Rully Arya Wisnubroto, memperkirakan mata uang rupiah terhadap dolar AS ‎berpeluang menguat seiring meredanya reaksi atas hasil pilpres Negeri Paman Sam dengan kemenangan Donald Trump. Proyeksi penguatan ini melanjutkan apresiasi kurs rupiah kemarin.

"Dengan melihat perkembangan kemarin, ada peluang rupiah menguat," ujar dia.

Rully meramal, rupiah akan bergerak pada rentang Rp 13.050-Rp 13.125 per dolar AS hari ini. Perkiraan tersebut karena faktor sentimen atas kemenangan Trump mereda.

"Shock hanya bersifat sementara dan sudah terjadi kemarin. Jadi untuk hari ini, saya rasa rupiah akan berada pada kisaran Rp 13.050-13.125 per dolar AS," kata dia. (Fik/Ahm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya