Bupati Batal Angkat 5 Anak Yatim Bogor Jadi Anak Asuh, Kenapa?

Bupati Purwakarta mengirimkan staf untuk menyelidiki lima anak yatim kandang kambing di Bogor.

oleh Abramena diperbarui 09 Okt 2016, 17:30 WIB
Anak yatim di kandang kambing di Bogor (Liputan6.com / Abramena)

Liputan6.com, Purwakarta - Fenomena lima orang anak yatim piatu yang terpaksa harus tinggal di kandang kambing di Kampung Batok, Desa Batok, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat sempat heboh di media sosial. Perbincangan dengan tagar #IroniKabBogor ramai di Twitter sejak Jumat (7/10) kemarin. Netizen menulis hashtag tersebut menceritakan tentang keadaan .

Seorang netizen @ZanwarPuji 'mencolek' Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi agar mengirimkan bantuan untuk anak yatim piatu malang tersebut. Setelah dilakukan pengecekan, diketahui bahwa sebenarnya keluarga kelima anak yatim tersebut hidup berkecukupan karena paman dan bibi serta neneknya termasuk keluarga yang mampu di wilayah itu.

"Saya kirim staf ke sana, maksudnya ingin mengambil anak yatim tersebut untuk jadi anak asuh keluarga saya saja. Tetapi ternyata, sebenarnya keluarga mereka hidup berkecukupan, justru saya heran mengapa anak-anak yatim ini dipaksa tinggal di gubuk berukuran 3x3 meter, sangat tidak layak tentunya," Kata Dedi di Purwakarta, Minggu (9/10/2016).

Keheranan Dedi tidak berhenti sampai di sini. Saat anak yatim tersebut akan diambil sebagai anak asuh, seluruh keluarga termasuk sang nenek, Zulhaidah alias Mak Fani, menolak keras.

Bahkan, bantuan uang sebesar Rp 5 juta pun harus dititip via nenek tersebut. Padahal salah satu anak yang tinggal di gubug itu, Sukanta (20) awalnya telah siap menerima bantuan tersebut.

"Iya kami titip di neneknya. Semoga anak-anak yatim tersebut bisa melewati kondisi ini dengan kesabaran," ujar Dedi.

Kelima anak yatim yang ramai diberitakan tersebut diketahui bernama Sukanta (20), Subur (15), Sabar (13), Idris (12) dan Neng Alung (11). Kedua orang tua mereka Didi dan Supiah merupakan anak dari Nenek Zulhaidah alias Mak Fani, telah lama meninggal.

Setelah kedua orang tuanya meninggal, tiga orang anak diantaranya yakni Sukanta, Idris dan Neng Alung dipaksa tinggal di gubuk berukuran 3x3 meter.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya