Presiden Perempuan Pertama Brasil Dilengserkan

Dilma Rousseff dianggap melanggar hukum anggaran. Jajak pendapat Senat pun berujung pada proses pemakzulan dirinya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 01 Sep 2016, 09:21 WIB
Dilma Rousseff, presiden perempuan pertama Brasil (Reuters)

Liputan6.com, Rio de Jenairo - Presiden perempuan pertama Brasil, Dilma Rousseff (68), resmi dimakzulkan oleh Senat melalui pemungutan suara. Michel Temer, yang selama ini mengisi posisi presiden sementara, dilantik sebagai penggantinya.

Dikutip dari CNN, Kamis (1/9/2016), Rousseff lengser setelah 61 senator mendukung pemakzulannya, sementara 20 lainnya menolak. Ia dianggap bersalah dengan melanggar hukum anggaran.

Keputusan Senat digambarkan sebagai pukulan telak bagi Rousseff yang berasal dari Partai Buruh. Namun bukan berarti ini adalah akhir dari karier politiknya, mengingat tidak ada larangan jika ia ingin kembali berpartisipasi dalam pemilu.

Sebelumnya pada Mei lalu, Rousseff telah diberhentikan sementara setelah ia dituding memanipulasi anggaran. Presiden ke-36 Brasil itu telah membantah tuduhan yang diarahkan kepadanya.

Rousseff menegaskan ia tidak melakukan kejahatan yang dimaksud sekaligus ia menekankan bangga atas "komitmen setia terhadap bangsa". Sementara itu, pada Mei lalu presiden perempuan pertama Brasil itu menyebutkan bahwa proses impeachment yang tengah bergulir merupakan upaya perebutan kekuasaan oleh saingannya.

Ia bahkan mengungkapkan bahwa sejak lama pemerintahannya telah menjadi target sabotase politik.

"Ketika Brasil atau ketika seorang presiden dimakzulkan atas kejahatan yang tidak mereka lakukan, ini bukan demokrasi melainkan kudeta," tegas Rousseff ketika itu.

Sebenarnya upaya untuk menghentikan pemberhentian Rousseff telah dilakukan oleh senator asal Partai Buruh termasuk oleh Lindbergh Farias. Ia digambarkan menyampaikan permohonan di hadapan Senat agar mengentikan proses pemakzulan dengan berapi-api.

"Ini adalah sebuah lelucon. Ini adalah dalih. Benar-benar tidak relevan. Terdapat dua jenis senator di sini. Pertama, yang tahu bahwa tidak ada kejahatan yang perlu dipertanggungjawabkan dan menolak pemakzulan, sementara yang satu lagi adalah mereka yang mengetahui bahwa tidak ada kejahatan yang patut dipertanggungjawabkan tapi mendukung pelengseran," tegas Farias.

Sementara itu Senator Ronaldo Caiado asal Partai Demokrat berpendapat, bahwa Rousseff harus digulingkan dengan alasan bahwa bukan anggota parlemen yang menginginkan proses ini.

"Ini dimulai karena 'teriakan' 90 persen rakyat," ucapnya.

Pengganti Rousseff, Michel Temer (75), diwarisi kondisi ekonomi yang morat-marit usai peristiwa pemakzulan. Temer menyadari hal ini dan ia segera bergerak cepat dengan menggelar pertemuan kabinet untuk membahas isu pengangguran.

"Saya tidak mengatakan ini adalah tugas yang mudah, karena ada 12 juta pengangguran di negara ini. Jumlah yang sangat menakutkan dan tak ada yang lebih tak bermartabat dibanding pengangguran," ujar Temer.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya