Ketua DPR Minta Tim Independen Objektif Selidiki Testimoni Freddy

Tim independen ini, kata Akom, diharapkan bisa bekerja mandiri sehingga mendapatkan hasil yang objektif.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 12 Agu 2016, 12:18 WIB
Ketua DPR Ade Komarudin (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPR Ade Komarudin setuju dengan pembentukan tim independen Polri untuk menyelidiki testimoni gembong narkoba yang telah dieksekusi mati, Freddy Budiman yang disampaikan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar. Pria yang karib disapa Akom ini pun berharap agar tim itu benar-benar independen.

"Tim independen itu bagus sekali, menurut saya tim itu harus benar-benar independen. Memang masalah itu terkait dengan instansi-instansi yang memang disampaikan Pak Haris itu," ucap Akom di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Jumat (12/8/2016).

Tim independen ini, kata Akom, diharapkan bisa bekerja mandiri sehingga mendapatkan hasil yang objektif. "Tidak dipelintir di tengah jalan," imbuh dia.

Politikus Partai Golkar ini berujar Haris tidak akan mengambil risiko dengan apa yang dikatakannya kalau dia tidak meyakini hal tersebut. Oleh karenanya, Polri harus terus menyelidiki apa yang disampaikan Haris.

"Haris tidak akan mengambil risiko dengan menyampaikan itu kalau beliau tidak meyakini sesuatu yang dipertanggungjawabkan. Saya menginginkan hal itu supaya terang-benderang, apa yang menjadi misteri, apa yang dikatakan Haris," tukas Akom.

Internal Polri sudah membentuk tim independen dengan melibatkan sejumlah tokoh. Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar mengatakan, tim independen ini untuk mengungkap kebenaran curhatan Freddy Budiman ini sudah dibentuk.

Tim ini dipimpin oleh Inspektur Pengawas Umum (Irwasum) Polri Komjen Dwi Priyatno. "Kalau tim yang ada ini sudah mencakup perwakilan masyarakat. Dikoordinasikan oleh Irwasum Polri," ucap Boy.

Sejumlah tokoh yang turut dilibatkan dalam tim independen ini adalah Ketua Setara Institute Hendardi, Komisioner Kompolnas Poengky Indarti, dan pengamat komunikasi politik Effendy Ghazali.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya