Nasdem: Koalisi 7 Parpol Tak Jamin Bisa Kalahkan Ahok

Koalisi Kekeluargaan berisi tujuh parpol yang memiliki massa banyak. Bukan berarti koalisi besar itu bisa dengan mudah mengalahkan Ahok.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 11 Agu 2016, 14:51 WIB
Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama usai jalani sidang di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (25/7). Sidang kasus suap proyek reklamasi untuk berkas terdakwa mantan Dirut PT Agung Podomoro Land, Ariesman Widjaja. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak tujuh partai politik (parpol), PDIP, Gerindra, Demokrat, PKB, PKS, PAN, dan PPP menggabungkan diri dalam naungan Koalisi Kekeluargaan. Niat koalisi tersebut adalah untuk menghadang laju Ahok duduk kembali di kursi DKI 1.

Politikus Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Irma Suryani Chaniago, mengaku tak gentar melawan koalisi besar pada Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang. Ia mengaku koalisi besar tak menjamin bisa menggagalkan Ahok menjabat kembali menjadi gubernur.

"Dulu Foke didukung banyak partai dan kalah karena kepuasan rakyat terhadap kinerja Foke cuma kurang lebih 45 persen. Begitu juga waktu PKS dikeroyok banyak partai. Itu juga karena kepuasan rakyat terhadap calon belum teruji. Sedangkan kepuasan rakyat terhadap Ahok sampai hari ini masih di atas 65 persen," kata Irma saat dihubungi di Jakarta, Kamis (11/8/2016).

Apalagi, ia menilai bukan tidak mungkin Koalisi Kekeluargaan retak di tengah jalan. Dalam pengertian, beberapa personelnya ada yang menyeberang dan berada di belakang mendukung Ahok.

"Insya Allah tidak, kami (Nasdem) tetap konsisten, bukan tidak mungkin di antara partai koalisi besar ada yang menyeberang," kata Irma.

Anggota Komisi IX DPR ini menambahkan, yang penting Nasdem berkomitmen mengusung calon yang dianggap bekerja baik untuk rakyat. Ia juga mengingatkan, parpol jangan menjadikan calon gubernur sebagai alat politik untuk kepentingan partai semata.

"Soal kalah menang itu biasa dalam pertarungan. Yang lebih penting seharusnya komitmen yang bersangkutan untuk rakyat bukan untuk bagi-bagi kekuasaan," Irma menandaskan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya