Suzuki Kaji Sistem Hibrida untuk Pasar Indonesia

Salah satu solusi untuk meminimalisir emisi gas buang dari sebuah kendaraan adalah sistem hybrid.

oleh Rio Apinino diperbarui 15 Mei 2016, 07:18 WIB
Suzuki mengatakan bahwa sekira 1,6 juta unit kendaraan kecilnya bermasalah dan harus ditarik. Salah satunya adalah Karimun Wagon R.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu solusi untuk meminimalisir emisi gas buang dari sebuah kendaraan adalah sistem hybrid. Dengan sistem hybrid, tak hanya mesin yang bekerja menggerakkan sistem penggerak atau fungsi lain, tapi juga motor listrik.

Dalam hal ini, PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) sebagai salah satu pabrikan di Indonesia sudah memiliki teknologi tersebut. Teknologi ini dinamakan Smart Hybrid Vehicle by Suzuki (SHVS), yang sampai saat ini masih dikaji peruntukkannya bagi pasar Indonesia.

Harrold Donnel, Head of Product Development PT SIS menjelaskan lebih jauh soal teknologi ini. Menurutnya, sistem ini memungkinkan energi gerak dikonversi menjadi listrik dan disimpan dalam sebuah baterai atau power bank.

"Saat deselesasi, energi kinetik tersalur ke power bank (baterai) yang berguna untuk tetap menghidupkan sistem kelistrikan.
Sementara mesin secara otomatis mati," ujar Harrold dalam acara HUT ke-13 Forum Wartawan Otomotif (Forwot) di Sentul, Jawa Barat, Sabtu (14/5).

Saat mesin mati, sistem kelistrikan untuk misalnya AC, audio, atau lampu tetap nyala. "Akhirnya konsumsi kendaraan bisa lebih irit," tambah Harrold.

Menurut Harrold, sistem penggerak baru ini cocok untuk kendaraan kecil, yang mesinnya berkapasitas di bawah 1.200 cc. Sejauh ini teknologi SHVS sudah diterapkan pada salah satu compact car mereka, Suzuki Hustler.

Lantas, apakah teknologi ini akan masuk ke Indonesia? Menurut Harrold, di internal PT SIS sendiri hal ini masih jadi perdebatan. Pasalnya, teknologi ini kurang terasa manfaatnya jika mobil melaju di kondisi jalanan padat seperti di Jakarta.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya