Candu Pornografi dan Kasus Yuyun

Ihsan berpendapat, pecandu pornografi tak bisa dicirikan secara kasat mata.

oleh Audrey Santoso diperbarui 07 Mei 2016, 19:01 WIB
Kecanduan nonton film bertema seks membuat otak kamu rusak di lima bagian ini. Masih berani?

Liputan6.com, Jakarta - Hal-hal berkaitan seksualitas akan muncul dalam hitungan beberapa menit sekali dalam otak pecandu pornografi. Bayangan itu terus berulang, sampai si pecandu bisa melampiaskan hasratnya. Adiksi pornografi sama dengan adiksi narkoba.

"Adiksi pornografi itu kayak narkoba, maunya pakai terus," kata Ahli Neuropsikologi Saraf Ihsan Gumilar dalam diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (7/5/2016).

"Orang yang kecanduan pornografi, tiap beberapa menit motret (hal-hal berbau seks) di kepala mereka," sambung dia.

Ihsan menjelaskan, dalam struktur otak manusia, ada bagian yang mengendalikan hal-hal yang menyenangkan bagi seseorang, tapi belum tentu baik bagi umum. Saat bagian otak itu diaktifkan, maka ia akan memikirkan kesenangan dan mencarinya.

"Dalam struktur otak kita, ada bagian yang fungsinya pusat pengendalian reward seperti seks dan uang," kata dia.

Ihsan mengatakan ketika otak terus menerus mencari reward--dalam hal ini adiksi seks, maka akan berbahaya. Karena transmitter atau pemancar di otak yang disebut dopamine akan meluap.


Dopamine, Ihsan menjelaskan, merupakan sistem yang menciptakan rasa senang. Jika hal tersebut terjadi, seseorang akan berpikir sebagai kebahagiaannya dan menjadi adiksi pornografi.

"Orang adiksi dengan pornografi, tingkat dopamine banjir. Alhasil, kalau orang sudah kebanjiran untuk seksual stimulus nya, misalnya orang normal 10, dia 30. Itu akan terus menerus naik," papar dia.

Tidak Bisa Dicirikan

Ihsan berpendapat, pecandu pornografi tak bisa dicirikan secara kasat mata. Karena mereka akan berlaku normal di depan publik menutupi kecanduanya. Dalam ruang pribadi, barulah si pecandu akan menunjukkan sikap aslinya.

Namun sederhananya, kata dia, jika seseorang menyimpan banyak gambar atau video porno di ponsel, patut diduga orang tersebut kecanduan atau akan kecanduan pornografi.

"Atau kalau tidak ada, kita lihat history browser-nya. Itu bagi saya bisa menjadi hal yang mengindikasikan orang kecanduan seks atau tidak," pungkas Ihsan.

Ketua Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, Yuliandre Darwis sebelumnya mengatakan, berdasar hasil survei, anak-anak Indonesia ranking ke-3 dalam mencari dan mengakses situs-situs porno dunia.

"Survei 2014, anak-anak untuk mencari situs-situs porno nomor 3 di dunia. Masih ada jalur-jalur yang bisa dikunjungi," kata Yuliandre dalam diskusi 'Tragedi Yuyun, Wajah Kita', di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu.

Kasus Yuyun, kata dia, harusnya menjadi tamparan bagi pemerintah terkait perlindungan hak-hak anak. Kasus ini juga seharusnya bisa menjadi isu internasional agar pemerintah lebih menjamin perlindungan anak.

"Kita agak sedikit terlambat mendorong ini menjadi kasus internasional. Kasus Yuyun mungkin terhalang dengan isu penyanderaan lah, pilkada lah, padahal ada something wrong," ujar Yuliandre.

Baru-baru ini muncul kasus kejahatan seksual yang dialami siswi SMP di Bengkulu, Yuyun. Para pelakunya 14 remaja di bawah umur, usai menenggak minuman keras.

Baru-baru ini muncul kasus kejahatan seksual yang dialami siswi SMP di Bengkulu, Yuyun. Para pelaku yang berjumlah 14 remaja masih di bawah umur, diduga usai menenggak minuman keras.

Tragis, Yuyun diduga meninggal saat dia masih mengalami kejahatan seksual. Jenazahnya dibuang ke jurang sedalam 5 meter oleh para pelaku.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya