Pengungsi asal Suriah, Omayma Al Hushan saat menulis di hadapan rekan-rekannya mengenai perlawanan terhadap pernikahan di bawah umur di sebuah sekolah di kamp pengungsi Al Zaatari, Mafraq, Yordania (21/4). (REUTERS / Muhammad Hamed)
Omayma Al Hushan berbicara di hadapan rekan-rekannya di sebuah sekolah di Mafraq, Yordania (21/4). Meski berusia 14 tahun, Omayma sangat aktif menyerukan perlawanan terhadap pernikahan dini yang marak di Suriah. (21/4). (REUTERS / Muhammad Hamed)
Omayma berjalan pulang sekolah di kamp pengungsi Al Zaatari, Mafraq, Yordania (21/4). Omayma Al Hushan menyerukan perlawanan terhadap pernikahan dini yang marak negaranya. (REUTERS / Muhammad Hamed)
Omayma membantu ibumya memasak di rumahnya di kamp pengungsi Al Zaatari, Mafraq, Yordania (21/4). Meski berusia 14 tahun, Omayma sangat aktif menyerukan perlawanan terhadap pernikahan dini yang marak di Suriah. (REUTERS / Muhammad Hamed)
Omayma Al Hushan saat membicarakan perlawanan terhadap pernikahan di bawah umur dengan keluarga di rumahnya di kamp pengungsi Al Zaatari, Mafraq, Yordania (21/4). (REUTERS / Muhammad Hamed)
Omayma bersama boneka kesayangannya tersenyum di rumahnya di kamp pengungsi Al Zaatari, Mafraq, Yordania (21/4). Meski berusia 14 tahun, Omayma sangat aktif menyerukan perlawanan terhadap pernikahan dini yang marak di Suriah. (REUTERS / Muhammad Hamed)