9-4-1999: Presiden Niger Tewas Dikudeta

Sebelum menjabat presiden, Mainassara pernah mengkudeta Presiden pertama yang terpilih secara demokratis pada Januari 1996.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 09 Apr 2016, 08:53 WIB
Petugas kepolisian saat mengamankan lokasi di kantor polisi di kota Yola , Nigeria 25 Februari 2016. Daerah Afrika ini mengalami berbagai serangan yang diduga terkait gerakan bernama Boko Haram. (REUTERS / Stringer)

Liputan6.com, Niger - Hari itu, Jumat 9 April 1999, negara Niger di Afrika Barat tengah bergejolak sekaligus berduka. Karena sang Presiden Ibrahim Bare Mainassara tewas ditembak dalam upaya kudeta yang dilakukan pihak militer.

Kematian Presiden Niger disebut para pejabat tinggi negara tersebut sebagai kematian yang tragis. Sementara para diplomat Niger di Burkina Faso menyebut kepala negara 'diserang' saat mencoba melarikan diri ke luar negeri.

Militer Niger melakukan operasi kudeta saat fajar menyingsing. Para tentara bergerak dan membuat huru-hara di ibukota Niamey untuk mengkudeta Presiden Mainassara.

Para tentara anti pemerintah ketika itu juga memblokade Istana Negara dan sejumlah lokasi penting milik kepresidenan. Banyak jalur strategis yang juga diambil alih demi menangkap presiden.


Perdana Menteri Niger Ibraim Assane Mayaki mengumumkan, bahwa parlemen telah dibubarkan dan seluruh kegiatan politik dan pemerintahan dihentikan untuk sementara waktu.

"Pemerintahan transisi darurat segera dibentuk dalam beberapa hari ke depan," ujar Mayaki, seperti dimuat BBC on This Day.

Tak diketahui pasti apakah kelompok loyalis PM Mayaki terlibat aksi kudeta. Belum diketahui juga apakah kematian sang presiden terkait pembatalan hasil pemilu daerah sebelumnya.

Sebelum menjabat presiden, Mainassara pernah mengkudeta Presiden pertama yang terpilih secara demokrasi, Mahamane Ousmane pada Januari 1996. Saat itu, Mainassara juga menggunakan kekuatan militer untuk mengkudeta Ousmane.

Sebelum tewas saat proses kudeta berjalan, pemerintahan Mainassara juga berhasil menangkis sejumlah upaya pelengseran yang dilakukan terhadap dirinya.

Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan menyatakan keprihatinannya atas apa yang terjadi di Niger. Dia berharap pemerintahan baru bisa segera memulihkan situasi negara menjadi stabil.

Pemerintahan Niger kemudian diambil alih Junta Militer yang dikepalai Mayor Daouda Wanke. Kemudian Tandja Mamadou terpilih sebagai presiden berdasarkan hasil pemilu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya