Kopi Pagi: Ramai-ramai Soal Taksi

Perkembangan teknologi memaksa perusahaan taksi untuk terus berbenah diri.

oleh Liputan6 diperbarui 27 Mar 2016, 07:16 WIB
Perkembangan teknologi memaksa perusahaan taksi untuk terus berbenah diri.

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi memaksa perusahaan taksi untuk terus berbenah diri. Jika tidak, bukan tidak mungkin taksi hanya tinggal cerita untuk generasi nanti.

Sebelumnya, sebagian Jakarta baru saja lumpuh akibat ribuan sopir taksi yang melawan dan memarkirkan kendaraannya di tengah jalan. Mereka menolak kehadiran jasa angkutan berbasis aplikasi online yang belakangan semakin marak beroperasi.

Kemacetan pun tak dapat dihindari.

Tak hanya berunjuk rasa, mereka juga menghadang angkutan lain. Membuat penumpang menjadi telantar hingga terpaksa harus berjalan kaki, agar sampai ke tujuan.

Ironisnya, di antara sopir taksi pun ada saling ribut. Mereka yang saat itu tidak ikut berunjuk rasa, dipaksa berhenti dan diminta untuk tidak beroperasi.

Di sudut lain, para sopir taksi malah saling serang dengan pengendara ojek online. Mirip dengan siswa sekolah yang sedang tawuran.

Selain saling serang, mereka juga saling rusak. Akibatnya, kaca sejumlah taksi pecah berantakan dan baju seorang pengendara ojek online juga habis dibakar.

Di negeri ini, moda transportasi taksi sebenarnya terus mengalami perubahan seiring kemajuan teknologi. Mulai dari taksi pangkalan, taksi panggilan, berbasis waktu, sampai akhirnya menggunakan argometer.

Namun baru kali ini para sopir taksi marah seiring kehadiran taksi online, yang dianggap merugikan mereka.

Ya, berbagai kemudahanlah yang membuat pengguna jasa transportasi beralih dari taksi konvensional ke angkutan beraplikasi online.

Masyarakat tak perlu lagi repot saat mencari taksi. Cukup keluarkan dawai dan memesan taksi dengan jari tangan.

Semuanya langsung tertera dengan jelas. Mulai nama pengendara, nomor kendaraan, jarak tempuh, sampai jumlah uang yang harus dibayar. Waktu menunggu juga tidak terlalu lama.

Di antara itu semua, yang paling utama bagi masyarakat adalah ongkos yang dibayar ternyata lebih murah bila dibanding dengan taksi konvensional.

Itulah sebabnya, jika disuruh memilih, mereka tidak ragu menyebut angkutan online sebagai pilihan.

Pilihan masyarakat itulah yang membuat perusahaan taksi limbung dan pendapatan para sopirnya terus menurun. Mereka mendesak pemerintah membuat regulasi yang jelas, untuk taksi online. Mulai soal izin operasional, uji KIR, pajak, sampai termasuk penentuan tarif.

Pemerintah langsung merespons tuntutan tersebut.

Nantinya, taksi online harus mematuhi ketentuan yang ada. Mereka juga harus bergabung dalam operator angkutan yang memiliki izin resmi.

Keputusan itu sebaiknya tidak lantas membuat perusahaan dan para sopir taksi konvensional berpuas diri. Mereka tetap harus mengikuti perkembangan teknologi jika tidak ingin usahanya mati.

Saksikan selengkapnya dalam rangkuman Kopi Pagi (Komentar Pilihan Liputan 6 Pagi) yang ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (27/3/2016), berikut ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya