Bos Facebook Bertemu Kepala Propaganda Tiongkok, Ada Apa?

Mark Zuckerberg mengadakan sebuah pertemuan langka dengan Kepala Propaganda Tiongkok, apa yang dibicarakan?

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 21 Mar 2016, 11:03 WIB
CEO Facebook Mark Zuckerberg bertemu dengan Kepala Propaganda Tiongkok Liu Yunshan (Sumber: The Guardian).

Liputan6.com, Jakarta - Pendiri sekaligus CEO Facebook, Mark Zuckerberg mengadakan sebuah pertemuan dengan Kepala Propaganda Tiongkok, Liu Yunshan. Apa yang dibicarakan keduanya?

Melansir laman The Guardian, Senin (21/3/2016), keduanya membicarakan seputar kebijakan penggunaan internet di Negeri Tirai Bambu tersebut. 

Kepada Zuckerberg, Liu berharap agar Facebook dapat berbagi pengalamannya dengan perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk membantu pengembangan internet yang lebih bermanfaat bagi semua negara.

Kantor berita Tiongkok Xinhua menyebutkan kedatangan Zuck--panggilan akrab Zuckerberg--di Tiongkok adalah untuk menghadiri sebuah forum ekonomi.

Tiongkok sendiri telah menyerukan pembentukan internet global dalam sistem pemerintahan. Selain itu, Tiongkok juga mengadakan kerjasama dengan berbagai negara untuk mengatur penggunaan internet.

Sebelumnya, Facebook dan jejaring sosial barat lainnya seperti Twitter telah dilarang di Tiongkok. Zuck sendiri telah menjalin pembicaraan dengan pemimpin Tiongkok mengenai hal tersebut. Namun sejauh ini upaya tersebut tidak mebuahkan hasil.  

Facebook pun harus berpuas diri, sebab negara dengan pengguna internet terbesar di dunia (668 juta) itu tidak dapat dijangkau.

Tiongkok pun telah meningkatkan kendali atas penggunaan internet melalui lembaga sensor yang sangat ketat. Liu yang adalah anggota panel pimpinan partai komunis, baru-baru ini menyebutkan pengguna internet di Tiongkok tidak boleh melintasi batas saat membicarakan pemerintahan Tiongkok.

Selain itu, lembaga sensor di Tiongkok juga memperkenalkan peraturan baru yang memungkinkan adanya polisi digital. Pemerintah memberi peringatan bahwa penggunaan dunia maya secara liar akan menimbulkan risiko bagi kondisi dalam negeri.

(Tin/Cas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya