The Fed Tahan Suku Bunga, Modal Asing Berebut Masuk RI

The Fed memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan jangka pendeknya.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 17 Mar 2016, 18:30 WIB
The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga mendekati nol.

Liputan6.com, Jakarta - ‎Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan. Dampak keputusan tersebut, aliran modal siap membanjiri negara-negara berkembang termasuk Indonesia yang ditunjang dari catatan perbaikan kondisi ekonomi makro nasional.

Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, langkah mempertahankan suku bunga (Fed Fund Rate) terpaksa diambil Bank Sentral AS lantaran melihat realisasi perekonomian yang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan signifikan. "Memang hanya itu yang bisa diambil karena recovery (ekonomi) AS belum meyakinkan," tegas Bambang saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (17/3/2016).

‎Dampaknya, kata Bambang, akan baik untuk membantu perekonomian Indonesia. Menurutnya, aliran modal asing akan menyerbu negara-negara berkembang untuk masuk ke portofolio investasi yang menjanjikan. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai prospek demikian. "Ada inflow ke emerging ekonomi, dan kita termasuk yang baik untuk menerima inflow tersebut," ujarnya.

‎Dari sisi perbankan, tambah Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan Nelson Tampubolon menilai, kondisi bank-bank nasional saat ini sangat sehat tanpa kekeringan likuiditas. "Likuiditas kita lagi bagus-bagusnya, inflow lagi besar. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik terus, Rupiah menguat. Artinya likuiditas dan inflow banyak," cetus Nelson.

Untuk diketahui, the Fed memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan jangka pendeknya. Hal ini memotong laju pengetatan kebijakan moneter. 

Kebijakan ini diambil dengan melihat kondisi pelemahan ekonomi global yang terus membebani, meskipun ekonomi AS sedang tumbuh dengan kondisi pasar tenaga kerja yang sehat. Perkembangan ekonomi dan keuangan global dikatakan terus menimbulkan risiko bagi ekonomi Amerika Serikat.

Seperti dikutip dari Reuters, Kamis (17/3/2016), dalam pernyataannya mengatakan, ekspansi ekonomi yang moderat dan kondisi sektor pekerjaan yang kuat akan membuat kenaikan suku bunga bisa berlangsung di akhir tahun.

Proyeksinya, mayoritas pembuat kebijakan akan nyaman dengan kenaikan suku bunga dua perempat poin pada akhir tahun ini, setengah dari yang dilakukan pada bulan Desember tahun lalu.

The Fed menaikkan suku bunganya 25 basis poin menjadi 0,25-0,5 persen pada Desember. Ini merupakan kenaikan suku bunga pertama dalam hampir satu dekade, menandai akhir dari era pelonggaran kebijakan moneter.

Gubernur The Fed Janet Yellen mengatakan pihaknya akan tetap waspada, sambil menekankan ketidakpastian prospek ekonomi global. Tanda-tanda yang terjadi baru-baru ini yang memperkuat inflasi dikatakan perlu dibuktikan untuk menjadi lebih dari tren.

"Saya masih waspada dan belum menyimpulkan bahwa kita telah melihat hal signifikan yang akan berlangsung," kata Yellen dalam konferensi pers.

Memang, gejolak di pasar keuangan dan pelambatan ekonomi global sejak awal tahun telah menimbulkan peningkatan kekhawatiran tentang kekuatan ekonomi Amerika Serikat, memaksa pembuat kebijakan The Fed untuk menunda setiap kenaikan suku bunga lebih lanjut sejak itu.(Fik/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya