Ini Dia 21 Ilmuwan Jenius di Balik Google DeepMind

Banyak orang bertanya-tanya, siapa saja ilmuwan yang bekerja di balik kecerdasan buatan Google DeepMind.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 16 Mar 2016, 06:34 WIB
Dengan kecerdasan buatan, program komputer ciptaan anak perushaan Google mampu menguasai permainan kuno berusia 2.500 tahun.

Liputan6.com, California - Keberhasilan kecerdasan buatan milik Google, AlphaGo, yang dikembangkan divisi DeepMind, memenangkan pertandingan papan permainan Go melawan juara Go dunia, Lee Sedol, jadi perhatian dunia.

Banyak orang bertanya-tanya, siapa saja ilmuwan yang bekerja di balik kecerdasan buatan tersebut. Informasi dari laman Business Insider yang dikutip tim Tekno Liputan6.com, Rabu (16/3/2016), Google DeepMind sendiri merupakan sebuah divisi yang memiliki anggota sebanyak 200 orang.

Namun, siapa saja yang bekerja di dalamnya masih menjadi sebuah misteri, kecuali tiga orang co-founder yang memang sudah dikenal.

Business Insider menyebutkan, kemungkinan Google tidak mengungkapkan hal tersebut karena tidak ingin mendapat risiko akan kehilangan staf terbaiknya. Google menghindari orang-orang terbaik itu berpindah ke perusahaan pesaing yang juga fokus mengembangkan kecerdasan buatan seperti Facebook.

Orang-orang bertalenta terbaik ini yang kemungkinan menjadi salah satu alasan perusahaan bermarkas di Mountain View itu menggelontorkan dana hingga US$ 446 juta atau Rp 5,7 triliun kepada DeepMind, Januari lalu. 

DeepMind sendiri didirikan pada 2010. Perusahaan yang berdiri dan bermarkas di London tersebut memang fokus untuk menangani riset. Selain itu, para ahli yang bekerja di dalamnya selalu menerbitkan makalah mengenai kecerdasan buatan sejak awal perusahaan didirikan.

Sebuah halaman pada website DeepMind pun memperlihatkan makalah-makalah akademis, di mana merupakan berbagai karya dari para ilmuan yang diduga bekerja untuk DeepMind. 

Business Insider menelusuri sejumlah nama yang diduga bekerja untuk mengembangkan kecerdasan buatan bagi DeepMind. Sayangnya, Google tidak memberikan pernyataan langsung kebenarannya.

Inilah data ilmuan-ilmuan pintar tersebut:

1. David Silver

Silver mempublikasikan 16 makalah. Silver memperoleh gelar BA Honors degree di bidang Ilmu Komputer dan MA di bidang Ilmu Komputer dari Universitas Chambrige. Selain itu, dia juga memiliki gelar Phd dari Universitas Alberta.

Foto dok. Liputan6.com

2. Koray Kavukcouglu 

Kavukcouglu mempublikasikan 14 artikel mengenai kecerdasan buatan. Ia merupakan pemegang gelar PhD dari Universitas New York dan sempat magang di kantor Google New York pada 2010.

Foto dok. Liputan6.com

2 dari 4 halaman

Selanjutnya

3. Vlad Mnih
 
Mnih mempublikasikan 11 makalah mengenai kecerdasan buatan. Ia memperoleh PhD dalam bidang teknik mesin di University Toronto.

Foto dok. Liputan6.com

4. Alex Graves

Ia mempublikasikan 9 karya mengenai kecerdasan buatan pada laman DeepMind. Selain itu, Graves juga pernah bekerja dengan ahli kecerdasan buatan Google Geoff Hinton.

Foto dok. Liputan6.com

5. Daan Wierstra

Ia mempublikasikan 8 makalah tentang kecerdasan buatan. Wierstra menuliskan pada laman pribadinya bahwa ia tertarik dengan model neuron, algoritma genetik, dan kecerdasan buatan. 

3 dari 4 halaman

Selanjutnya

6. Joel Veness

Memiliki jumlah publikasi 6 makalah di laman Google DeepMind. Dalam laman pribadinya, Veness menuliskan ketertarikannya pada algoritma, aspek komputasi, dan kecerdasan buatan. 

7. Ioannis Antonoglou

Bergabung dengan DeepMind pada 2012 setelah lulus dari Universitas Edinburg bidang kecerdasan buatan dan studi tentang mesin.

Foto dok. Liputan6.com

8. Marc Bellemare

Memiliki 6 artikel mengenai kecerdasan buatan di Google DeepMind. Dia pun menuliskan pada laman pribadinya bahwa dirinya memiliki ketertarikan pada reinforcement learning.

9. Demis Hassabis (Co-founder)

Merupakan VP Engineering DeepMind yang memiliki gelar master pada usia 13 tahun. Dia pecinta catur dan juga ahli dalam permainan poker.

Foto dok. Liputan6.com

10. Nicolas Heess

Merupakan mahasiswa S3 di Universitas Edinburg. Laman akademiknya menyebutkan, Heess memiliki ketertarikan dalam memahami informasi yang diproses oleh otak.

11. Ivo Danihelka

Danihelka berkebangsaan Republik Ceko. Dia mendeskripsikan dirinya sebagai seorang programer yang memiliki ketertarikan pada pembelajaran mesin. 

Foto dok. Liputan6.com

12. Shakir Mohamed

Pria ini menyelesaikan PhD di Universitas Chambridge bersama dengan Zoubin Ghahramani, kepala departemen pembelajaran mesin di kampus tersebut.

Foto dok. Liputan6.com

13. Arthur Guez

Guez merupakan mahasiswa S3 di Gatsby Computatiomnal Neuroscience Unit di University College London. Dia mendapatkan bimbingan dari programer AlphaGo, David Silver. Selain itu, dia juga sempat magang di Microsoft Research di Chambridge.

Foto dok. Liputan6.com

4 dari 4 halaman

Selanjutnya

14. Danilo Jimenez Rezende

Rezende memiliki sertifikat dari institusi Udacity terkait hasil kerjanya mengenai kecerdasan buatan untuk robot.

Foto dok. Liputan6.com

15. Timothy Lilicrap

Lilicrap memiliki ketertarikan pada teori matematika dan pembelajaran mesin serta kontrol optimal.

16. Nal Kalchbrenner

Sempat magang di Google pada 2014 sebelum menyelesaikan kuliah S3 pada bidang Ilmu komputer di Universitas Chambridge.

Foto dok. Liputan6.com

17. Karen Simonyan

Merupakan salah satu pendiri Vision Factory yang diakuisisi oleh Google DeepMind pada Oktober 2014. Tujuan Vision Factory adalah meningkatkan sistem pengenalan visual yang menggunakan pembelajaran mendalam.

Foto dok. Liputan6.com

18. Mustafa Suleyman (Co-founder)

Drop out dari Universitas Oxford tidak membuatnya patah semangat. Setelah mengikuti sebuah konseling di Muslim Youth Helpline, dia juga pernah bekerja sebagai petugas polisi untuk mantan walikota London, Ken Livingstone.

Foto dok. Liputan6.com

19. Shane Legg (Co-founder)

Dulunya ia adalah Chief Science Officer DeepMind sebelum dibeli Google. Selanjutnya, ketika akuisisi, ia menjadi ilmuan peneliti di DeepMind.

Foto dok. Liputan6.com


20. Martin Riedmiller

Bergabung dengan DeepMind sembilan bulan lalu. Ia pernah bekerja di bidang robotik dan sistem pembelajaran autonomos di Universitas Freiberg Jerman. 
Foto dok. Liputan6.com


21. Charles Blundell

Memiliki gelar PhD dalam pembelajaran mesin dari University College London dan mendapat gelar master bidang sistem komputer dan perangkat lunak dari Universitas York.

(Tin/Isk)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya