Menko Darmin: Bank Jangan Perang Suku Bunga

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) bulanan akan kembali digelar pada 17-18 Februari 2016.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 16 Feb 2016, 13:15 WIB
Menko Perekonomian Darmin Nasution memberi keterangan usai Rapat Terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu (16/9). Presiden Jokowi meminta seluruh kementerian membuat terobosan untuk memudahkan investasi di Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) bulanan akan kembali digelar pada 17-18 Februari 2016. Sejumlah pihak, baik pemerintah maupun kalangan pengusaha berharap otoritas moneter ini bakal menurunkan lagi tingkat suku bunga acuan (BI Rate) yang saat ini 7,25 persen.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution masih merahasiakan apakah pemerintah akan hadir dalam RDG seperti pada rapat sebelumnya. Mantan Gubernur BI ini pun bungkam ketika ditanya mengenai kemungkinan BI memangkas kembali suku bunga acuannya.

"Tidak tahu tuh, belum. Aku belum mau komentar," tegas Darmin saat ditemui dikantornya,Jakarta, Selasa (16/2/2016).

Di januari 2016 lalu, pihak BI memang mengundang pemerintah untuk ikut dalam DRG hari pertama. Pemerintah diwakili oleh Menteri Koordinator Bidang perekonomian Darmin Nasution. 

Darmin menjelaskan, tingkat bunga di negara lain sudah bergerak turun, bukan hanya BI Rate. Pemerintah telah mengupayakan berbagai langkah agar bank-bank BUMN menahan nafsu dalam menaikkan tingkat bunga, termasuk suku bunga kredit hanya demi berlomba-lomba menarik uang nasabah.

"Pemerintah sudah melakukan beberapa langkah supaya bank-bank BUMN, Kementerian Keuangan yang punya duit banyak, jangan menekan bank supaya memberi bunga tinggi," harap Mantan Dirjen Pajak itu.

Ia mengatakan, pemerintah terus melakukan perbaikan supaya tingkat bunga mengarah pada penurunan. "Proses ini terus berjalan. Jangan lihat ini cuma sekali-sekali saja. Perbaikan coba didorong supaya arah tingkat bunga turun," jelas Darmin.

Untuk diketahui, pada 2015 kemarin memang industri perbankan nasional sedang mengalami pengetatan likuiditas sehingga beberapa bank berlomba-lomba menarik dana dari masyarakat dengan menawarkan bunga yang cukup tinggi.

Saling menawarkan suku bunga tinggi ini berpotensi menjadi perang suku bunga yang justru berdampak negatif terhadap perekonomian. Tingginya suku bunga kredit akan membuat sektor riil malas untuk mengambil pembiayaan. (Fik/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya